Ulah Pengendara Motor Jadi Faktor Kecelakaan KRL & Tiga Kendaraan

10:00
Jakarta-Kecelakaan yang melibatkan KRL dan tiga kendaraan di pelintasan kereta api Volvo, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (9/5/2012) malam, tak lepas dari faktor kebiasaan buruk pengendara motor di kawasan itu.

Antrean kendaraan roda dua yang memilih menggunakan jalur berlawanan arah kerap menghambat kendaraan yang harus melintas di lokasi tersebut. Lebih fatal lagi, lokasi hambatan tersebut terletak tepat di lokasi pelintasan kereta.

"Sebenarnya sudah biasa macet di sini (pelintasan kereta). Gimana enggak macet, kendaraan dari sebelah sulit lewat karena motor-motor dari arah Kalibata sudah penuh di jalur sebelah," kata Didik yang berdiam beberapa meter dari lokasi kejadian.

Ujung Jalan Rawajati Timur yang masuk wilayah Pasar Minggu itu memang rentan kecelakaan fatal setiap pagi dan sore hari, termasuk pada jam-jam yang terbilang sepi arus kendaraan. Lokasi di jalur alternatif dari Pasar Minggu menuju Kalibata-Cililitan itu memang selalu ramai dilalui kendaraan.

Akibat kondisi jalan yang sempit di dekat pelintasan sebidang, antrean depan pintu kereta yang terletak sekitar 1 kilometer dari Stasiun Pasar Minggu itu selalu dipenuhi kendaraan yang mengantre memanjang hingga jauh. Saat antre, ruas jalan hanya bisa menampung satu unit mobil berukuran sedang dan satu unit sepeda motor.

Kebiasaan pengendara sepeda motor, yang tak ingin berbaris di dalam antrean panjang dibarengi egoisme untuk selalu berada di depan, mendorong para pengendara untuk menggunakan jalur kendaraan dari arah berlawanan saat pintu kereta ditutup.

Ini bukan kejadian satu dua kali. Pemandangan tersebut jamak terlihat saban hari sehingga bisa dikategorikan sebagai kebiasaan buruk pesepeda motor. Saking biasanya, saat pintu pelintasan dalam keadaan terbuka pun masih banyak pesepeda motor yang memilih menggunakan jalur berlawanan arah. Pembatas jalur yang sudah lama dibangun sepanjang sekitar 1 km seakan tak berarti karena sejauh itu pula para pesepeda motor akan bermanuver melawan arus.

Saat pintu kereta dibuka, pemandangan hiruk pikuk kendaraan yang berebut melintas menjadi pemandangan panjang. Belum lagi silih berganti bunyi klakson panjang dari mereka yang hendak melintas. Yang menjadi korban biasanya kendaraan yang melintas dari arah Pasar Minggu menuju Kalibata. Selain kondisi lalu lintas yang tak beraturan, laju mereka pasti terhambat lantaran jalur mereka telah terisi pula oleh antrean sepeda motor.

Akibatnya sudah tersaji tadi malam. Sekitar pukul 18.30 WIB, sebuah taksi Ekspress tertabrak KRL yang melintas dari arah Bogor akibat tertahan kemacetan di depannya. Dua kendaraan lain yang berada di depan taksi, Daihatsu Ceria dan sebuah sepeda motor, ikut menjadi korban dalam kecelakaan tersebut. Farida Rohderni Purba (40), penumpang taksi tersebut, tewas seketika secara mengenaskan. Sementara itu, baik taksi berwarna putih maupun Daihatsu Ceria langsung ringsek tak beraturan.

Semuanya tak lepas dari peran rombongan pesepeda motor yang menghambat laju kendaraan tersebut melintasi rel kereta. Bahkan, ketika terjadi antrean kendaraan saat proses evakuasi korban, sejumlah pesepeda motor tanpa rasa bersalah masih saja nekat melawan arus.

"Sudah sering kali kami mengadakan operasi dengan target pesepeda motor yang melawan arah. Tapi tetap saja tidak ada kesadaran dari mereka. Peristiwa ini seharusnya membuat mereka sadar, akibat pelanggaran mereka bisa orang lain bisa celaka," kata Kasat Lantas Polres Metro Jaksel Komisaris Sungkono.

Sungkono tak henti-hentinya mengingatkan agar pesepeda motor lebih tertib dan mengikuti aturan berkendaraan. Egoisme mereka mungkin tidak membawa petaka pada mereka. Namun, kebiasaan buruk mereka bisa berakibal fatal bagi pengguna jalan lainnya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »