Pamulang - Warga meminta jajaran Pemkot Tangerang Selatan hendaknya melakukan survei atau penelitian terlebih dahulu jika ingin membangun shelter di sejumlah ruas jalan untuk menunjang pelayanan angkutan umum. Sehingga kasus puluhan halte feeder busway yang sempat dibangun dua tahun lalu dan tidak digunakan tak terulang.
“Harus ada pengkajian dan survei terlebih dulu sehingga tak mubazir serta menghaburkan dana ratusan juta rupiah hanya untuk membuat shelter jika nantinya tak bermanfaat bagi masyarakat banyak,” kata Hermaji, warga Pamulang.
Rencana pembangunan shelter di sejumlah ruas jalan di wilayah Tangsel sebagai salah satu program lanjutan keberadaan angkutan perbatasan terintegrasi busway (APTB) jurusan Ciputat – Jakarta Kota sangat didukung dan perlu.
Menurut dia, jelas perlu adanya sarana angkutan massal yang memadai untuk menunjang pembangunan dan sarana transportasi di Kota Tangsel sebagai salah satu daerah penyangga ibukota Negara. Namun, hendaknya perlu ada survai dan pengkajian yang baik sehingga tak timbul mubazir.
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forsi, Berman Nainggolan, mengatakan pembangunan halte busway mubazir dan terkesan menghaburkan dana ratusan juta tak terjadi lagi.
“Dua tahun lalu shelter atau halte untuk feeder busway sudah berdiri di sepanjang Jl. Raya Ciputat mulai dari Lebak Bulus tapi hingga kini tak berlanjut bahkan sebagian atap feeder busway yang ada raib,” ujarnya.
Menanggapi itu, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany didampingi Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangsel Mursan Sobari dan Kabag Humas Azhar, mengakui bahwa program atau rencana membangun sejumlah shelter itu memang akan dilakukan dalam waktu dekat tapi masih dalam pengkajian lebih lanjut.
Kehadiran dan keberadaan APTB yang sudah beroperasi sejak awal bulan lalu, tambah dia, tentunya sangat membutuhkan sarana shelter yang memadai.
“Kita bersinergi dengan Pemprov DKI Jakarta sejalan dengan Program Pemkot Tangsel yang menginginkan adanya moda transportasi massal yang efektif dan efisien untuk mengurai kemacetan,” ungkapnya guna memberikan kenyamanan ke pengguna jasa transportasi tersebut.
Namun sebelum dibangun shelter tentunya akan dikaji menyeluruh baik terhadap titik lokasi pembangunan hingga berbagai sarana yang dibutuhkan untuk kenyamanan calon penumpang yang menunggu angkutan massal itu nantinya, imbuh Airin Rachmi Diany.
Kepala Dinas Perhubungan setempat Mursan Sobari, menambahkan pihaknya memang sudah mendapatkan informasi berkaitan hal tersebut dan kini sedang mempersiapkan kajian setelah pra feasibility study APTB. “Untuk siapa yang akan membangun tentunya akan dibahas nanti baik oleh pengusaha armada maupun pihak ke tiga tapi yang jelas bakal swasta yang membangun,” tuturnya.
“Harus ada pengkajian dan survei terlebih dulu sehingga tak mubazir serta menghaburkan dana ratusan juta rupiah hanya untuk membuat shelter jika nantinya tak bermanfaat bagi masyarakat banyak,” kata Hermaji, warga Pamulang.
Rencana pembangunan shelter di sejumlah ruas jalan di wilayah Tangsel sebagai salah satu program lanjutan keberadaan angkutan perbatasan terintegrasi busway (APTB) jurusan Ciputat – Jakarta Kota sangat didukung dan perlu.
Menurut dia, jelas perlu adanya sarana angkutan massal yang memadai untuk menunjang pembangunan dan sarana transportasi di Kota Tangsel sebagai salah satu daerah penyangga ibukota Negara. Namun, hendaknya perlu ada survai dan pengkajian yang baik sehingga tak timbul mubazir.
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forsi, Berman Nainggolan, mengatakan pembangunan halte busway mubazir dan terkesan menghaburkan dana ratusan juta tak terjadi lagi.
“Dua tahun lalu shelter atau halte untuk feeder busway sudah berdiri di sepanjang Jl. Raya Ciputat mulai dari Lebak Bulus tapi hingga kini tak berlanjut bahkan sebagian atap feeder busway yang ada raib,” ujarnya.
Menanggapi itu, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany didampingi Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangsel Mursan Sobari dan Kabag Humas Azhar, mengakui bahwa program atau rencana membangun sejumlah shelter itu memang akan dilakukan dalam waktu dekat tapi masih dalam pengkajian lebih lanjut.
Kehadiran dan keberadaan APTB yang sudah beroperasi sejak awal bulan lalu, tambah dia, tentunya sangat membutuhkan sarana shelter yang memadai.
“Kita bersinergi dengan Pemprov DKI Jakarta sejalan dengan Program Pemkot Tangsel yang menginginkan adanya moda transportasi massal yang efektif dan efisien untuk mengurai kemacetan,” ungkapnya guna memberikan kenyamanan ke pengguna jasa transportasi tersebut.
Namun sebelum dibangun shelter tentunya akan dikaji menyeluruh baik terhadap titik lokasi pembangunan hingga berbagai sarana yang dibutuhkan untuk kenyamanan calon penumpang yang menunggu angkutan massal itu nantinya, imbuh Airin Rachmi Diany.
Kepala Dinas Perhubungan setempat Mursan Sobari, menambahkan pihaknya memang sudah mendapatkan informasi berkaitan hal tersebut dan kini sedang mempersiapkan kajian setelah pra feasibility study APTB. “Untuk siapa yang akan membangun tentunya akan dibahas nanti baik oleh pengusaha armada maupun pihak ke tiga tapi yang jelas bakal swasta yang membangun,” tuturnya.