Ancaman bencana tersebut akibat kondisi geografis wilayah Pacitan yang berada di samping bukit dengan kontur tanah labil, berongga, dan tidak ada plengsengan.
“Ketika tersiram air hujan, tanah di dalam bukit yang tidak mampu menampung air hujan akhirnya melorot longsor ke jalan raya,” kata Kepala UPT Bina Marga Provinsi Jatim di Pacitan, Budi Wahyu Priyono, Sabtu, (08/12/2012).
Puluhan kilometer jalan yang rawan dari bencana alam itu mulai ruas Pacitan – Ponorogo, Pacitan – Trenggalek, dan Arjosari – Nawangan yang merupakan jalur alternatif Pacitan – Wonogiri, Jateng.
Sedangkan, 29,4 kilometer jalan yang potensi longsornya kecil karena sudah diplengseng oleh warga maupun UPT Bina Marga. Lokasinya mayoritas di wilayah kota.
Budi menambahkan, sesuai dengan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, musim hujan bakal berlangsung hingga April mendatang.
Karena itu, pihak UPT Bina Marga Provinsi Jatim menyiagakan tiga unit wheel loader (buldoser dan keret) di tiga titik ruas jalan. Yakni, Pacitan hingga batas Ponorogo, Arjosari hingga Nawangan, dan Pacitan hingga Kecamatan Ngadirojo. Wheel loader tersebut untuk mempercepat proses evakuasi tanah longsor yang menutup jalan. Dengan begitu, arus lalu lintas antar kota dan provinsi tidak terganggu terlalu lama.
“Untuk sementara ini, kita tidak bisa berbuat banyak. Karena, untuk membebaskan ruas jalan dari bahaya tanah longsor sangat sulit. Butuh anggaran yang tidak sedikit sebab kita harus membangun plengsengan di sepanjang 68,6 kilometer ruas jalan propinsi,” tuturnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan, Tri Mudjiharto, mengungkapkan pihaknya telah bekerjasama dengan semua pihak baik internal pemkab maupun eksternal. “Kita berharap semua terlibat dalam menanggulangi banjir, tanah longsor dan puting beliung diprediksi meningkat beberapa bulamn ini,”.