Kota Semarang masih butuh dua jalan layang (flyover) lagi. Kasatlantas
Polrestabes Semarang, AKBP Faizal belum lama ini mengatakan, itu untuk
menekan serta mengurai kemacetan di wilayah kota.
Adapun dua titik yang membutuhkan flyover yaitu di Jatingaleh serta di ujung tol Krapyak, Semarang. Sebab, di dua titik tersebut kerap terjadi kemacetan yang cukup panjang. ”Rekayasa kemacetan seperti pengalihan jalan, penempatan anggota, pamasangan rambu dan sistem buka tutup sudah dilakukan, tapi hasilnya belum maksimal,” ungkapnya.
Karena itu, kata dia, pembangunan flyover di lokasi tersebut kemungkinan besar dapat menjadi alternatif guna menekan kemacetan. ”Selain tidak bersinggungan dengan pengendara lain atau satu arah, flyover juga lebih mudah diawasi dibanding dengan jalan underpass,” ujarnya.
Dia berharap, pembangunan dua flyover dapat terealisasikan. Sebab, adanya flyover sangat berguna bagi semuanya.
”Tentunya (pembangunan flyover-red) sangat membantu untuk mengurai kemacetan, meski tak bisa menghilangkan kemacetan sendiri. Ada banyak permasalahan terkait sebab kemacetan, salah satunya memang volume kendaraan yang terus meningkat,” katanya.
Adapun dua titik yang membutuhkan flyover yaitu di Jatingaleh serta di ujung tol Krapyak, Semarang. Sebab, di dua titik tersebut kerap terjadi kemacetan yang cukup panjang. ”Rekayasa kemacetan seperti pengalihan jalan, penempatan anggota, pamasangan rambu dan sistem buka tutup sudah dilakukan, tapi hasilnya belum maksimal,” ungkapnya.
Karena itu, kata dia, pembangunan flyover di lokasi tersebut kemungkinan besar dapat menjadi alternatif guna menekan kemacetan. ”Selain tidak bersinggungan dengan pengendara lain atau satu arah, flyover juga lebih mudah diawasi dibanding dengan jalan underpass,” ujarnya.
Dia berharap, pembangunan dua flyover dapat terealisasikan. Sebab, adanya flyover sangat berguna bagi semuanya.
”Tentunya (pembangunan flyover-red) sangat membantu untuk mengurai kemacetan, meski tak bisa menghilangkan kemacetan sendiri. Ada banyak permasalahan terkait sebab kemacetan, salah satunya memang volume kendaraan yang terus meningkat,” katanya.
Uji coba flyover Senin (1/5) hingga Selasa
pagi (2/5), ternyata hanya memindahkan titik kemacetan. Di sekitar
Kalibanteng, kemacetan memang bisa diatasi. Hanya saja, titik kemacetan
berpindah ke Krapyak dan Jrakah. Itu karena volume kendaraan yang melaju
di wilayah itu sangat tinggi.
Dengan banyak truk besar yang keluar-masuk tol Krapyak dan Jalan Arteri Yos Sudarso, membuat lalu lintas di simpang Hanoman hingga Jrakah tersendat.
”Kalau dari arah barat, setelah memasuki wilayah Kalibanteng, terbebas dari kemacetan. Karena kendaraan besar sudah berkurang. Ada beberapa yang masuk tol, ada yang ke arah Jalan Arteri Yos Sudarso. Kemacetan memang terpusat di Jalan Siliwangi, tepatnya dari simpang Hanoman hingga depan kampus I IAIN Walisongo, Jrakah Semarang,” kata Prahayudha, warga Candisari yang bekerja di Kendal.
Sementara beberapa pengguna jalan yang sempat melintasi flyover mengeluhkan kondisi jalan yang masih bergelombang, terutama di bagian sambungan antar-pilar dan banyaknya debu.
”Jalannya masih bergelombang, belum dihaluskan. Memang sudah bisa mengantisipasi kemacetan, tapi ketika memasuki pintu tol Krapyak, macet lagi. Pintu keluar tol berada di antara dua lampu rambu-rambu lalu lintas yang jaraknya berdekatan. Harusnya juga ada solusi di pintu keluar tol,” ujar Any Setya Lestari (40), karyawan sebuah mal di kawasan Simpanglima yang juga warga Perumahan Mijen Permai.
Hal senada juga disampaikan mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Anis Fitria, yang setiap hari berangkat dan pulang kuliah melintasi kawasan Kalibanteng. Dia menilai, flyover Kalibanteng tidak mampu menyelesaikan masalah kemacetan, tapi justru menambah parah kemacetan di Krapyak.
”Sebelumnya, kendaraan dari Jalan Jenderal Sudirman berhenti dulu sebelum lampu merah, kini terus berjalan dan akhirnya menumpuk di Jl Siliwangi. Kemacetan ketika jam sibuk bisa sampai simpang Hanoman,” kata warga Kelurahan Sampangan itu.
Anis juga berharap, karena berada di wilayah padat dan keluar masuk kendaraan berat dari kawasan industri maupun tol, pembangunan flyover di Krapyak juga diperlukan untuk mengurai kepadatan maupun kemacetan. Berdirinya agen bus malam di dekat SPBU, menurutnya, juga menjadi penyebab kemacetan setiap sore hingga malam hari.
”Bus malam yang menaikkan penumpang dari agen juga sering berhenti lama. Meski pernah ada imbauan ada batasan waktu berhenti, tapi tidak diindahkan,” ujarnya.
Karyawan BTN Syariah, Hadziq Jauhari mengaku harus ektra hati-hati ketika melintasi flyover. Selain belum ada penerangan, landasan yang bergelombang dan belum diaspal dapat membahayakan para pengguna jalan.
Dengan banyak truk besar yang keluar-masuk tol Krapyak dan Jalan Arteri Yos Sudarso, membuat lalu lintas di simpang Hanoman hingga Jrakah tersendat.
”Kalau dari arah barat, setelah memasuki wilayah Kalibanteng, terbebas dari kemacetan. Karena kendaraan besar sudah berkurang. Ada beberapa yang masuk tol, ada yang ke arah Jalan Arteri Yos Sudarso. Kemacetan memang terpusat di Jalan Siliwangi, tepatnya dari simpang Hanoman hingga depan kampus I IAIN Walisongo, Jrakah Semarang,” kata Prahayudha, warga Candisari yang bekerja di Kendal.
Sementara beberapa pengguna jalan yang sempat melintasi flyover mengeluhkan kondisi jalan yang masih bergelombang, terutama di bagian sambungan antar-pilar dan banyaknya debu.
”Jalannya masih bergelombang, belum dihaluskan. Memang sudah bisa mengantisipasi kemacetan, tapi ketika memasuki pintu tol Krapyak, macet lagi. Pintu keluar tol berada di antara dua lampu rambu-rambu lalu lintas yang jaraknya berdekatan. Harusnya juga ada solusi di pintu keluar tol,” ujar Any Setya Lestari (40), karyawan sebuah mal di kawasan Simpanglima yang juga warga Perumahan Mijen Permai.
Hal senada juga disampaikan mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Walisongo Anis Fitria, yang setiap hari berangkat dan pulang kuliah melintasi kawasan Kalibanteng. Dia menilai, flyover Kalibanteng tidak mampu menyelesaikan masalah kemacetan, tapi justru menambah parah kemacetan di Krapyak.
”Sebelumnya, kendaraan dari Jalan Jenderal Sudirman berhenti dulu sebelum lampu merah, kini terus berjalan dan akhirnya menumpuk di Jl Siliwangi. Kemacetan ketika jam sibuk bisa sampai simpang Hanoman,” kata warga Kelurahan Sampangan itu.
Anis juga berharap, karena berada di wilayah padat dan keluar masuk kendaraan berat dari kawasan industri maupun tol, pembangunan flyover di Krapyak juga diperlukan untuk mengurai kepadatan maupun kemacetan. Berdirinya agen bus malam di dekat SPBU, menurutnya, juga menjadi penyebab kemacetan setiap sore hingga malam hari.
”Bus malam yang menaikkan penumpang dari agen juga sering berhenti lama. Meski pernah ada imbauan ada batasan waktu berhenti, tapi tidak diindahkan,” ujarnya.
Karyawan BTN Syariah, Hadziq Jauhari mengaku harus ektra hati-hati ketika melintasi flyover. Selain belum ada penerangan, landasan yang bergelombang dan belum diaspal dapat membahayakan para pengguna jalan.