Malang - Setelah dilantik sebagai Wali Kota Malang pada bulan September, Muhammad Anton dan wakilnya Sutiaji langsung membuat gebrakan dengan opsi kebijakan baru. Yang diantaranya mengubah Arah jalur lalu lintas di Kota Malang.
Namun kinerja Abah Anton, panggilan akrab M Anton tak semulus yang diharapkan, khususnya kebijakan jalur satu arah di sekitar wilayah Universitas Brawijaya.
Program untuk membenahi kemacetan di sekitar Universitas Brawijaya yang selama ini dikenal teramat parah, kebijakan itu justru menimbulkan tekanan dan kekecewaan warga.
Warga yang terkena imbas kebijakan jalur satu arah menggelar aksi damai menolak pemberlakuan kebijakan yang dinilai dipaksakan itu pada Selasa (12/11).
Nurhaji, salah satu warga di Jl Panjaitan yang ikut dalam aksi demo itu menjelaskan, kebijakan wali kota dengan jargon `Peduli Wong Cilik` itu justru merugikan warga. "Sejak kebijakan satu arah itu diterapkan omzet pedagang menurun. Selain itu angka kecelakaan meningkat. Setiap hari selalu ada saja kecelakaan terjadi karena pengendara semakin ugal-ugalan menggeber kendaraannya," kata Nurhaji.
Selain menggelar aksi demo dengan memajang spanduk berisi kecaman dan kekecewaan, warga juga memblokir akses jalan ke kampung-kampung.
Pasalnya, pengendara memanfaatkan jalanan kampung sebagai jalur alternatif karena mereka malas memutar jauh untuk sampai ke tujuan. Warga kampung juga kesal, pengendara yang melintas di jalanan kampung sering tidak tertib, membuat bising dan anak-anak kecil jadi tidak ada ruang bermain.
Warga sendiri mengaku sudah mengadukan langsung masalah ini kepada Wali Kota Anton. Keluhan warga dijawab wali kota bernama asli Goei Hing An itu bahwa kebijakan ini hanya uji coba untuk dua minggu ke depan. Jika tidak ada perkembangan yang lebih baik atas kebijakan ini, Abah Anton akan menyerahkan sepenuhnya kepada warga, apakah kembali ke jalur 2 arah atau melakukan pertemuan lagi untuk mencari solusi yang lebih baik.