Jatim Kebut Garap Mega Proyek

10:18

Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mengebut pembangunan beberapa proyek infrastruktur jalan terutama yang bisa menjadi alternatif pemecah kemacetan lalu lintas antar daerah.

Setelah arteri Porong yang diresmikan 15 Maret lalu, Pemprov Jatim langsung melanjutkannya dengan memulai pembangunan tol Gempol-Pandaan. Berikutnya beberapa proyek tol dan jalan lintas lainnya juga akan segera digarap.

Dengan lancarnya transportasi tentu akan berimbas positif bagi pengguna jalan yang memiliki kepentingan di sana. Tidak hanya angkutan untuk manusia tetapi juga distribusi barang. Seperti arteri Porong dan tol Gempol-Pandaan misalnya yang akan memperlancar lalu lintas transportasi dari Surabaya ke Jawa Timur bagian timur dan selatan.

Pengamat ekonomi Universitas Airlangga, Subagyo mengungkapkan, ada banyak imbas dari setiap laju pembangunan. Tidak hanya sisi positif tetapi juga sisi negatif yang mengikuti pembangunan tersebut.

Dilihat dari sisi positifnya tentu saja pembangunan infrastruktur sangat diperlukan. Dengan infrastruktur jalan yang memadai, biaya produksi dan atau transportasi akan berkurang sehingga biaya ekonomi yang dikeluarkan pun akan lebih rendah. Dengan biaya yang lebih rendah, otomatis harga jual barang menjadi lebih murah, masyarakat memiliki daya beli dan hasil akhirnya tentu ekonomi akan bertumbuh.

Jika pembenahan infrastruktur terus dilakukan bukan tidak mungkin target pertumbuhan ekonomi sebesar 7,4% yang dipatok Pemprov Jatim bisa tercapai.

”Tapi tentu saja faktor pendorong pertumbuhan ekonomi tidak hanya dilihat dari pembangunan jalan saja. Ada banyak faktor yang mempengaruhi baik internal maupun eksternal, termasuk kondisi politik dan ekonomi di luar negeri,” ujar Subagyo.

Kondisi yang masih harus terus diwaspadai yaitu konflik antara Iran dan Amerika Serikat yang bisa membuat harga minyak dunia melambung.

Begitu juga dengan krisis Eropa yang belum tahu sampai kapan akan kembali stabil seperti sedia kala. Seperti diketahui banyak diantara produk industri Jatim yang diekspor ke Eropa. Dengan daya beli masyarakat di benua biru tersebut yang mengalami penurunan, pengusaha dan pemerintah daerah di Jatim harus segera jeli melihat peluang pasar yang lain.

Dalam setiap pembangunan tentu saja tidak hanya memiliki sisi positif saja. Sisi negatifnya tentu saja ada, yaitu adanya warga di lokasi pembangunan yang tergusur.

Menurut Subagyo, ganti rugi untuk masyarakat yang tergusur ini seharusnya tidak cukup hanya uang. ”Karena sebagian besar dari mereka adalah petani, begitu mereka tergusur dan tidak bisa lagi bertani, seharusnya diberikan pelatihan keterampilan sederhana untuk mereka,” tuturnya.

Bertani di tempat yang baru hampir tidak mungkin bisa dilakukan karena semakin sempitnya lahan pertanian. Sedangkan untuk transmigrasi juga tidak mudah karena adanya otonomi di masing-masing daerah.

Jika hanya diberikan ganti rugi berupa uang, dikhawatirkan nantinya akan langsung habis untuk konsumsi. Pelatihan keterampilan yang diberikan tentu saja yang mudah dilakukan dan tidak banyak menggunakan alat dan memiliki prospek pasar seperti misalnya pembuatan krupuk.

Dalam suatu kesempatan, Asisten IV Bidang Administrasi Umum Pemerintah Provinsi Jatim Akhmad Sukardi mengatakan pembangunan tol Gempol-Pandaa

Sumber : lensaindonesia.com

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »