“Yang jelas sangat tak manusiawi dan kemana saja uang yang setiap hari diambil oknum tertentu dengan besar bervariasi mulai Rp 1000 hingga Rp 2000/hari/pedagang,” kata Umar, pedagang sepatu, di kolong jembatan layang Ciputat.
Menurut dia, seluruh pedagang yang membuka lapak di pinggir jalan, trotoar maupun kolong jembatan layang bukannya gratis tapi hamper setiap hari ada oknum yang meminta uang keamanan dan kebersihan. “Malah yang memunggut uang tersebut selalu menyampaikan uang ini akan disetor ke petugas satpol PP kelurahan maupun kecamatan setempat,” tuturnya kecewa.
Sementara itu, Walikota Tangsel Airin rachmi Diany didampingi Kasatpol PP setempat Sukanta dan kabag Humas setempat Azhar S, menegaskan tak ada pilih kasih bagi pedagang yang membuka lapak di pinggir jalan maupun trotoar selain menambah kesan kumuh serta semrawut juga kerap membuat arus lalulintas di sekitar Pasar Tradisional terjadi kemacetan lalulintas.
“Saya sudah perintahkan jajaran satpol PP untuk selalu mengawasi dan melakukan penertiban terhadap lapak pedagang yang seenaknya membuka usaha di pinggir jalan maupun trotoar,” tuturnya sambil menegaskan bahwa jika ada oknum petugas yang memunggut uang jago ke pedagang akan diambil tindakan tegas.
Kasatpol PP setempat Sukanta, dengan tegas mengatakan tak ada pilih kasih dalam Pedagang sebetulnya sudah tahu dan memmelakukan penertiban lapak pedagang yang menambah kesan kumuh serta semrawut di wilayah Kota Tangsel. Semua lapak yang ada dipinggir jalan dan trotoar ditertibkan serta dibongkar paksa.
Sebetulnya seluruh pedagang sudah memahami kesalahannya selama ini tapi mereka hanya menggap teguran secara lisan dan tertulis angin lalu saja tapi saat ditertibkan, tambah dia, mereka protes dan keberatan. “Yang jelas sesuai perintah Walikota Tangsel kegiatan penertiban dan pengawasan akan dilakukan secara rutin agar kondisi sekitar pasar bersih dan tertib serta nyaman bagi warga yang ingin berbelanja,” tuturnya.