KARANGANYAR - Akibat pengerjaan
pengaspalan tidak merata, proyek pelebaran jalan raya Solo-Sragen KM
10,5 mengakibatkan genangan air sepanjang 150 meter. Kesal dengan hal
itu, warga di Dusun Pawisman Gedangan, Desa Kemiri, Kecamatan Kebakramat
menebarin genangan air di depan rumah dan pertokoan dengan bibit lele
dan menjadikannya sebagai tempat pemancingan.
Sukma Mujahid, salah
seorang warga mengatakan, sejak turun hujan beberapa hari terakhir,
genangan air mulai terjadi di sepanjang pinggir jalan tersebut. Genangan
air panjangnya hampir mendekati perempatan lampu merah Desa Kemiri.
Kedalamannya bervariasi.
‘’Dari pinggir, kedalamannya memang
hanya setinggi tumit saja. Tetapi di tengah-tengah, apalagi kalau pas
selesai hujan deras, bisa mencapai lutut orang dewasa. Kadang
membahayakan, karena banyak yang terjebak di genangan itu,’’ ungkapnya.
Menurutnya,
sebetulnya jika sepanjang jalan itu dibangun talud, tentu tidak akan
muncul genangan. ‘’Saya tidak tahu kenapa jalanan di depan rumah dan
pertokoan kami ini tidak sekalian digarap. Padahal idealnya itu, proyek
ini dikerjakan sampai titik terakhir perempatan sana,’’ kata dia.
Selain
mengalami dampak genangan air, warga sekitar proyek juga menyayangkan
tiadanya sosialisasi dari pemerintah terlebih dahulu. ‘’Sebenarnya kami
tidak keberatan dengan adanya proyek tersebut. Hanya saja, karena ada
warga yang terkena, semestinya ada ganti rugi yang pantas. Kami juga
berencana melayangkan surat aduan kepada Menteri Pekerjaan Umum,’’
tegasnya.
Konsultan proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen
PU) Narsito membantah belum melakukan sosialisasi. Jauh hari sebelum
dilaksanakannya aktifitas proyek tersebut, pihaknya telah melayangkan
surat pemberitahuan. ‘’Surat itu kami alamatkan kepada warga terkait,
namun apakah warga sudah menerima itu atau tidak, kami tidak tahu. Tapi
sudah ada pemberitahuan,” tegasnya.
Terkait timbulnya genangan air
di jalur lambat yang berada di sekitar rumah dan toko milik warga,
pihaknya telah berencana untuk menggarapnya sekalian. Namun warga tidak
memberikan izin, dengan alasan tanahnya masih belum dibebaskan.
Pengerjaan
proyek pelebaran jalan tersebut, menurut Narsito hanya dari KM 10,050
hingga KM 10,700, dan menggunakan anggaran tahun 2012. Proyek telah
mencapai 90 persen karena telah dikerjakan sejak bulan April 2012 lalu.
Targetnya selesai pada November. ‘’Karena terkendala warga, proyek akan
kami lanjutkan tahun depan. Jadi terpaksa pengerjaannya kami loncati dan
langsung menggarap di wilayah Grompol,’’ katanya.