Sejak lama warga perbatasan wilayah Desa Suro di Boyolali dan Desa Bolon
di Karanganyar, Jawa Tengah, harus melewati jembatan berpapan satu
untuk beraktivitas. Kondisinya yang licin di kala hujan jelas sangat
membahayakan.
Ganug, warga yang tinggal di dekat jembatan, mengirim foto jembatan tersebut, Senin (17/3/2014). Menurutnya jembatan 100 meter tersebut hanya tinggal sebilah papan kayu. Bagian kiri dan kanan jembatan hanya tersisa rangka besi.
"Jembatan itu ada sejak zaman Belanda," kata Ganug lewat informasi pasangmata.com.
Jembatan tersebut membentang di atas Sungai Pepe dan jurang sedalam 10 meter. Bila licin, kondisinya sangat berbahaya. "Ada yang sudah terpeleset, tapi jatuh sih belum," ujarnya.
Meski berbahaya, warga setempat tetap memilih jembatan sebagai jalur transportasi utama. Sebab, bila harus memutar, maka jarak yang ditempuh sejauh 10 kilometer. Tak jarang antrean panjang pun terlihat di jembatan saat jam-jam sibuk seperti pagi hari.
"Karena satu jalur, jadi harus gantian. Anak-anak, motor, semua lewat situ," tambahnya.
Ganug, warga yang tinggal di dekat jembatan, mengirim foto jembatan tersebut, Senin (17/3/2014). Menurutnya jembatan 100 meter tersebut hanya tinggal sebilah papan kayu. Bagian kiri dan kanan jembatan hanya tersisa rangka besi.
"Jembatan itu ada sejak zaman Belanda," kata Ganug lewat informasi pasangmata.com.
Jembatan tersebut membentang di atas Sungai Pepe dan jurang sedalam 10 meter. Bila licin, kondisinya sangat berbahaya. "Ada yang sudah terpeleset, tapi jatuh sih belum," ujarnya.
Meski berbahaya, warga setempat tetap memilih jembatan sebagai jalur transportasi utama. Sebab, bila harus memutar, maka jarak yang ditempuh sejauh 10 kilometer. Tak jarang antrean panjang pun terlihat di jembatan saat jam-jam sibuk seperti pagi hari.
"Karena satu jalur, jadi harus gantian. Anak-anak, motor, semua lewat situ," tambahnya.