NTMCPOLRI.INFO - Berita mengenai kisah Bripda M Taufik Hidayat yang tinggal di bangunan yang bekas kandang sapi, memang menarik simpati banyak pihak. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), anak pertama dari 4 bersaudara ini sebenarnya sempat menahan cita-citanya mendaftar menjadi anggota kepolisian. Lantas bagaimana kelanjutan kisah & profil Bripda M Taufik Hidayat Polisi yang tinggal di bekas kandang sapi? Berikut uraiannya.
1. Tinggal di Bekas Kandang Sapi
Yang satu ini agan-agan udah sering dengar ya, Kedua orang tuanya bercerai. Rumah satu-satunya pun dijual oleh sang ibu. Alhasil Bripda Taufik bersama ayah dan ketiga adiknya harus pindah rumah. Namun karena uang tidak mencukupi untuk membeli rumah, Triyanto selaku ayah memutuskan untuk mengontrak bekas kandang sapi di Dusun Jongke Tengah. Kandang sapi itu kemudian dialih fungsi sebagai tempat tinggal.“Perbulan bayar Rp 170.000. Ya memang seperti itu kondisinya. Lantainya masih tanah” ucap Triyanto.
Rumah semi permanen berukuran 2,5 M X 5 M kondisinya memang memprihatikan. Bahkan karena belum ada biaya, daun pintu dan dinding sisi utara dibiarkan terbuka. Untuk mengurangi hembusan dingin udara malam dan tetesan air hujan, terpaksa pintu dan sisi yang masih terbuka ditutup dengan mengunakan spanduk-spanduk bekas.
Sekeliling bangunan yang ditempati Bribda Taufik pun merupakan kandang sapi yang dikelola kelompok masyarakat setempat. Sehingga bau menyengat kotoran sapi setiap hari harus dirasakannya. Di dalam rumah semi permanen itu hanya ada dua kasur tempat tidur.
2. Jadi Tukang Gali Pasir Di Sungai
Pendapatan Triyanto (ayahnya] yang hanya sebagai buruh bangunan terbilang pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Belum lagi untuk membiayai sekolah Taufik dan ketiga adik-adiknya. Tak jarang, Taufik harus menunggak biaya sekolahnya karena tak punya biaya.Karena itu, demi dapat menyelesaikan sekolahnya dan membantu keuangan keluarga, Taufik rela ikut bekerja sebagai tukang gali pasir di Sungai Gendol.“Saya bantu bapak menambang pasir di Sungai Gendol. Ya untuk biaya hidup dan biaya sekolah saya dan adik-adik”tambah Taufik.
3. Menjadi Pembina Pramuka Dulu
Lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) anak pertama dari 4 bersaudara ini pun harus menahan cita-citanya mendaftar menjadi anggota kepolisian. Kebutuhan ekonomi memaksanya untuk bekerja di bekas sekolahnya, SMK 1 Seyegan sebagai pembina Pramuka merangkap asisten perpustakaan.“Honor saya dari pembina Pramuka dan asisten perpustakaan sekitar Rp 700.000” ungkapnya.
4. Nekad Bermodal Tekad Mendaptar Sebagai Calon Anggota Polisi
Pada awal Desember 2014 lalu, Taufik memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaan di SMK 1 Seyegan. Ia membulatkan tekatnya untuk mendaftar sebagai calon anggota polisi di Mapolda DIY. Berkat kerja keras dan doa sang ayah, pada akhir Desember 2014 Taufik lulus dari tes Calon Anggota Polisi dan mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Negara Selopamioro Imogiri Bantul.
5. Minta Ditampar Ayahnya
Dinyatakan lulus sebagai kesatuan polisi di tempat ia mendaftar sedikit ada rasa tidak percaya. Bukan tanpa sebab, Taufik yang hanya lulusan SMK lahir dari keluarga yang terbilang ekonomi rendah dan tak memiliki koneksi pasti lah ada asa pesimis dalam dirinya dan tidak percaya saat namanya ada di daftar nama-nama yang lolos sampai ia minta ditampar ayahnya hanya untuk memastikan kalau ia tidak sedang bermimpi "Saya tidak percaya, sampai minta bapak menampar pipi. Bahkan saat di gerbang SPN saya masih tidak percaya”ujar Taufik.
6. Hari Pertama Bripda Taufik Datang Terlambat di Polda
Kejadian tersebut baru terjadi senin (12/1/2015) kemarin, saat dia baru saja masuk di satuan Sabhara Polda DIY. Sebelumnya saat pendidikan, Taufik tinggal di asrama. Hari pertamanya diwarnai hukuman, karena dia terlambat datang untuk apel pagi yang seharusnya pukul 06.30, tetapi dia baru bisa sampai di Polda DIY pukul 08.00.Bagaimana tidak terlambat, Taufik harus jalan kaki sejauh lebih dari 5 kilometer. Taufik mengaku mulai berangkat sejak Subuh, sebelum matahari mulai bersinar. Selain berjalan, kadang-kadang dia berlari untuk mengejar waktu.Taufik sendiri tidak mempunyai kendaraan bermotor, yang diapunya adalah colt pick up, yang dipakai ayahnya untuk bekerja sebagai buruh serabutan.
7. Dipinjami Motor Oleh Atasannya
“Bangun subuh, salat, lalu jalan kaki ke Mapolda DIY. Kadang kalau pas ketemu teman ya bonceng” jelasnya. Diakuinya meski telah bangun subuh namun dirinya sering terlambat masuk dinas. Keterlambatan itulah yang menuai kecurigaan dari atasanya. Setelah memberikan penjelasan dan mengecek kebenaran itu, atasan Bripda Taufik lantas meminjamkan motor pribadinya. “Sekarang saya dipinjami motor Pak Wadir Sabhara”tambahnya lagi.
8. Paling Senang Kalau Piket Gak Pulang Ke Rumah
“Saya senang kalau piket dan tidak pulang. Soalnya kasihan bapak kalau tidur di luar. Bapak sering mengalah tidur di bak mobil” kata Taufik.Bukan dia tidak suka dengan rumahnya, hanya saja kalau dia tidak pulang berarti sang ayah bisa tidut d dalam rumah. Betapa tidak, di dalam rumah semi permanen itu hanya ada dua kasur tempat tidur. Dua kasur dengan kondisi berlubang itu dipakai oleh lima orang. Tiga adiknya, ayah dan dirinya. Bahkan ketika Bripda Taufik tidur di rumah, Triyanto mengalah untuk tidur di mobil pick up beralaskan tikar dan beratap langit.
9. Gaji Pertama Buat Cari Kontrakan Yang Lebih Layak
Melihat keadaan rumah huni bekas kandang sapi yang tak layak huni ia merasa kasihan pada ayah dan adik2nya. Maka dari itu gaji pertamanya menjadi anggota Kepolisian, Taufik berencana akan menggunakannya untuk mengontrak rumah yang lebih layak. Ini dilakukan demi ayah dan ketiga adiknya yang masih kecil-kecil."Nanti kalau gajian pertama, saya ingin gunakan untuk mengontrak rumah. Kasihan bapak dan adik-adik kalau tetap tinggal di sana” pungkasnya.
10. Siapakah Wanita Renta Yang Menangis Dipelukannya Itu?
Ketika sejumlah Anggota Dit Sabhara Polda DIY dan rombongan wartawan mengunjungi rumah Bripda M Taufiq di area kandang sapi di Dusun Jongke Tengah Desa Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Kamis (15/1/2015) siang, seorang perempuan tua dengan tergopoh-gopoh berjalan dan langsung memeluk Taufiq.
Dengan terus memeluk M Taufiq, air mata perempuan renta itu tak terbendung. Serentak peristiwa haru ini pun membuat mata beberapa anggota Polwan yang turut serta dalam rombongan juga ikut berkaca-kaca.
"Uwis to mbok. Putune ki ora ngopo-ngopo kok nangis (Sudah mbok. Cucunya itu baik-baik saja, jangan menangis),"ujar Taufiq menenangkan sang nenek.
Partilah pun menjadi tenang. Ketika ditanyai mengenai cucunya itu, Partilah menuturkan bahwa Taufiq adalah cucu pertamanya. Di balik kesuksesan perjuangan Bripda M Taufiq menjadi anggota kepolisian, ada sosok sang nenek, Partilah (65), di belakangnya.
Suatu ketika, Taufiq datang ke rumah Partilah di Kronggahan, Sendangadi, Mlati, Sleman. Partilah mengaku kaget ketika tiba-tiba Taufiq sungkem dan mengatakan meminta doa restu ingin mendaftar menjadi anggota polisi.
"Saya kaget, kok tiba-tiba sungkem minta doa restu. Tapi kerena niatnya sudah bulat saya restui," ucapnya.
Partilah mengaku, setiap hari tak pernah berhenti mendoakan cucunya diterima menjadi anggota kepolisian. Bahkan, dia rela tidur larut malam karena memikirkan cucunya.
"Setiap saat, setiap waktu saya berdoa terus. Dalam shalat nama Taufiq tidak pernah saya lupakan. Tirakat ya melek (begadang) sampai tengah malam biar dia diterima," Tuturnya.
Doa itu pun akhirnya terjawab, tepat sekitar bulan Desember pertengahan cucunya datang kembali ke rumah memberitahu jika lulus tes. Saat mendengar kabar itu, Partilah langsung memeluk Taufiq.
11. Sosok Kakak Yang Amat Menyayanyi Ketiga Adik-adiknya
Sebelum menjadi polisi, Taufik itu sekolah sambil bekerja di SMK Seyegan dan kadang-kadang ikut menambang pasir. Uang dari hasil kerjanya pun tidak untuk sendiri, namun juga diberikan kepada adik-adiknya sebagai biaya sekolah. Bahkan, sesekali untuk menghibur adik-adiknya, Taufiq kerap membelikan mereka sate.
"Kalau adiknya nangis kangen ibunya, Taufiq menghibur dengan beli sate, ya dari uang hasil kerja itu," tandasnya Partilah, nenek Taufik. Selain itu Taufik juga kerap membatu adik2nya dalam mengerjakan soal pekerjaan rumah.
12. Pesan Nenek Untuk Bripda M Taufik
Kepada Taufiq, Partilah berpesan agar tetap menjadi pribadi yang santun, taat dalam ibdah, rendah hati, berguna untuk negara dan keluarga.
"Doa saya tidak berhenti di sini, setiap hari Taufiq dan saudara-saudaranya tak pernah lupa saya sebut dalam shalat," pungkasnya.