
NTMCPOLRI.INFO - Kapolri ke-5 almarhum Jenderal Pol (Purn)
Hoegeng Iman Santoso mendapat rekor MURI sebagai polisi paling jujur
sedunia. Sosok anumerta tersebut yang tegas dan sederhana dinilai patut
dijadikan panutan.
Rekor MURI untuk Jenderal Pol (Purn) Hoegeng diberikan kepada istrinya yang saat ini sudah menginjak usia 90 tahunan. MURI pun meminta senior polisi, Komjen Pol (Purn) Jacky Mardono Tjokrodirejo untuk mewakili menyerahkan piagam penghargaan tersebut.
"Gusdur bilang di dunia ini hanya ada 2 polisi yang jujur. Yang satu patung polisi, yang satu pak Hoegeng. Saya sebagai abdi dalamnya Gusdur sangat percaya. Anugerah MURI dan Anumerta diberikan kepada almarhum Jenderal Pol (Purn) Hoegeng Iman Santoso sebagai polisi terjujur sedunia (versi Gusdur)," ujar Direktur MURI Jaya Suprana dalam acara yang digelar di Gedung Gading Marina Function Hall, Jl Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakut, Rabu (4/3/2015).
Istri Jenderal Pol (Purn) Hoegeng terlihat terharu atas pemberian rekor penghargaan yang didapat suaminya meski telah tiada. Tampak matanya berkaca-kaca saat menerima piagam dari MURI.
"Sebelum saya datang ke sini saya pandangi foto beliau di rumah. Saya bilang ke foto, bapak hari ini dapat penghargaan lagi. Teriamasih atas penghormatan ini," ucapnya terbata-bata.
Komjen Pol (Purn) Jacky yang cukup dekat dengan Komjen Pol (Purn) Hoegeng dalam kesempatan itu berbagi kisah mengenai sosok perwira yang menjabat sebagai Kapolri pada tahun 1968-1971 itu. Komjen Pol (Purn) Hoegeng disebutnya seorang demokrat sejati hingga akhirnya dicekal saat orde lama dulu di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.
"Pak Hoegeng adalah seorang tokoh yang dikenal jujur dan tegas. Beliau adalah seniman, pemain musik dan pelukis. Banyak yang tidak mengenalnya. Beliau demokrat sejati, yang mengkritisi Soeharto makanya beliau dicekal," cerita Komjen Pol (Purn) Jacky.
Legenda kepolisian itu memang salah satu orang yang menandatangani petisi 50. Sosok Komjen Pol (Purn) Hoegeng dikenal sangat sederhana dan jujur hingga usai pensiun sekali pun meski pernah menjabat sebagai Kapolri, ia tidak memiliki rumah dan kendaraan pribadi.
Komjen Pol (Purn) Hoegeng disebut Komjen Pol (Purn) Jacky sebagai senior yang mau berkorban dan memikirkan juniornya. Saat mertua Komjen Pol (Purn) Jacky meninggal, pria asal Pekalongan itu meminta maaf tidak bisa datang karena takut statusnya yang kala itu dicekal akan berpengaruh.
"Beliau bilang 'saya ikut berduka cita tapi maaf saya nggak bisa hadir, takutnya nanti kamu bisa mati karena dianggap dekat dengan saya'. Itu waktu mertua saya meninggal, beliau sebenarnya ingin datang," tutur Komjen Pol (Purn) Jacky yang dikenal sebagai Lurah Keluarga Besar Polri itu.
Selain kepada Komjen Pol (Purn) Hoegeng, MURI juga memberikan rekor kepada seorang dokter yang kembali ke Indonesia setelah lama bekerja di Jerman, Dr. med. Ali Suyono Purwita, DSBU. Menurut Jaya Suprana, Dr. Ali studi lama tinggal di Jerman. Mulai dari studi, bekerja hingga menjadi dokter spesialis dan kepala Rumah Sakit di Jerman dan alih kewarganegaraan namun akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia untuk mengabdi bagi tanah air.
Rekor MURI untuk Jenderal Pol (Purn) Hoegeng diberikan kepada istrinya yang saat ini sudah menginjak usia 90 tahunan. MURI pun meminta senior polisi, Komjen Pol (Purn) Jacky Mardono Tjokrodirejo untuk mewakili menyerahkan piagam penghargaan tersebut.
"Gusdur bilang di dunia ini hanya ada 2 polisi yang jujur. Yang satu patung polisi, yang satu pak Hoegeng. Saya sebagai abdi dalamnya Gusdur sangat percaya. Anugerah MURI dan Anumerta diberikan kepada almarhum Jenderal Pol (Purn) Hoegeng Iman Santoso sebagai polisi terjujur sedunia (versi Gusdur)," ujar Direktur MURI Jaya Suprana dalam acara yang digelar di Gedung Gading Marina Function Hall, Jl Boulevard Barat, Kelapa Gading, Jakut, Rabu (4/3/2015).
Istri Jenderal Pol (Purn) Hoegeng terlihat terharu atas pemberian rekor penghargaan yang didapat suaminya meski telah tiada. Tampak matanya berkaca-kaca saat menerima piagam dari MURI.
"Sebelum saya datang ke sini saya pandangi foto beliau di rumah. Saya bilang ke foto, bapak hari ini dapat penghargaan lagi. Teriamasih atas penghormatan ini," ucapnya terbata-bata.
Komjen Pol (Purn) Jacky yang cukup dekat dengan Komjen Pol (Purn) Hoegeng dalam kesempatan itu berbagi kisah mengenai sosok perwira yang menjabat sebagai Kapolri pada tahun 1968-1971 itu. Komjen Pol (Purn) Hoegeng disebutnya seorang demokrat sejati hingga akhirnya dicekal saat orde lama dulu di bawah pemerintahan Presiden Soeharto.
"Pak Hoegeng adalah seorang tokoh yang dikenal jujur dan tegas. Beliau adalah seniman, pemain musik dan pelukis. Banyak yang tidak mengenalnya. Beliau demokrat sejati, yang mengkritisi Soeharto makanya beliau dicekal," cerita Komjen Pol (Purn) Jacky.
Legenda kepolisian itu memang salah satu orang yang menandatangani petisi 50. Sosok Komjen Pol (Purn) Hoegeng dikenal sangat sederhana dan jujur hingga usai pensiun sekali pun meski pernah menjabat sebagai Kapolri, ia tidak memiliki rumah dan kendaraan pribadi.
Komjen Pol (Purn) Hoegeng disebut Komjen Pol (Purn) Jacky sebagai senior yang mau berkorban dan memikirkan juniornya. Saat mertua Komjen Pol (Purn) Jacky meninggal, pria asal Pekalongan itu meminta maaf tidak bisa datang karena takut statusnya yang kala itu dicekal akan berpengaruh.
"Beliau bilang 'saya ikut berduka cita tapi maaf saya nggak bisa hadir, takutnya nanti kamu bisa mati karena dianggap dekat dengan saya'. Itu waktu mertua saya meninggal, beliau sebenarnya ingin datang," tutur Komjen Pol (Purn) Jacky yang dikenal sebagai Lurah Keluarga Besar Polri itu.
Selain kepada Komjen Pol (Purn) Hoegeng, MURI juga memberikan rekor kepada seorang dokter yang kembali ke Indonesia setelah lama bekerja di Jerman, Dr. med. Ali Suyono Purwita, DSBU. Menurut Jaya Suprana, Dr. Ali studi lama tinggal di Jerman. Mulai dari studi, bekerja hingga menjadi dokter spesialis dan kepala Rumah Sakit di Jerman dan alih kewarganegaraan namun akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia untuk mengabdi bagi tanah air.