Jakarta - Setiap pekerjaan pasti memiliki suka dukanya.
Tidak terkecuali saat menjadi pengemudi ojek berargometer atau dikenal
sebagai TransJek.
"Suka duka mah ada aja, kayak pelanggan yang punya permintaan aneh-aneh seperti minta lawan arah biar cepat atau nggak mau pakai helm, macam-macam sih. Terkadang kalau jarak dekat kita suka rugi juga, soalnya suka habis buat bensin, alhasil kita nombokin setoran," tutur salah satu pengemudi, Abdul Ajis saat ditemui di pangakalan, Jl Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (6/12/2012)
Ajis panggilan akrabnya mengkisahkan, selain kerewelan pelanggan, dirinya juga mengeluh jika terkena razia oleh petugas kepolisian.
"Udah gitu, kalau razia itu pasti sering kena tilang. Soalnya STNK kendaraannya fotocopy, alhasil harus ditilang dan keluar duit lagi buat nembus SIM," ujar pengemudi angkatan pertama ini.
Namun di balik semua keluhan itu juga ada sisi baiknya. Ia tidak lagi harus berebut untuk mencari penumpang. Dan jika tidak dapat pelanggan, ia tetap mendapatkan gaji dari perusahaan.
"Selain terorganisir, selama jadi pengemudi TransJek nggak perlu capek-capek cari penumpang. Soalnya kita tinggal nunggu order saja, terus kalau nggak ada tarikan juga nggak takut karena kita sistem gaji, walau tidak seberapa," tuturnya.
Lain halnya dengan Ajis, Rizal menceritakan perbedaan ketika menjadi tukang ojek biasa dibanding pekerjaannya saat ini.
"Kalau ngojek biasa bebas, tidak terikat kalau mau pulang pulang. Masalah sewa bebas ditentuin, kendali di kita. Beda kalau di TransJek, justru pelanggan pada nyari-nyari kita, sampai-sampai kewalahan," jelasnya Rizal bangga.
Sebagai pengendara ojek berargo, Rizal sangat menikmati pekerjaan ini. "Sejauh ini saya masih enjoy aja, mungkin karena baru dua bulan kerja ya," tandasnya.
"Suka duka mah ada aja, kayak pelanggan yang punya permintaan aneh-aneh seperti minta lawan arah biar cepat atau nggak mau pakai helm, macam-macam sih. Terkadang kalau jarak dekat kita suka rugi juga, soalnya suka habis buat bensin, alhasil kita nombokin setoran," tutur salah satu pengemudi, Abdul Ajis saat ditemui di pangakalan, Jl Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (6/12/2012)
Ajis panggilan akrabnya mengkisahkan, selain kerewelan pelanggan, dirinya juga mengeluh jika terkena razia oleh petugas kepolisian.
"Udah gitu, kalau razia itu pasti sering kena tilang. Soalnya STNK kendaraannya fotocopy, alhasil harus ditilang dan keluar duit lagi buat nembus SIM," ujar pengemudi angkatan pertama ini.
Namun di balik semua keluhan itu juga ada sisi baiknya. Ia tidak lagi harus berebut untuk mencari penumpang. Dan jika tidak dapat pelanggan, ia tetap mendapatkan gaji dari perusahaan.
"Selain terorganisir, selama jadi pengemudi TransJek nggak perlu capek-capek cari penumpang. Soalnya kita tinggal nunggu order saja, terus kalau nggak ada tarikan juga nggak takut karena kita sistem gaji, walau tidak seberapa," tuturnya.
Lain halnya dengan Ajis, Rizal menceritakan perbedaan ketika menjadi tukang ojek biasa dibanding pekerjaannya saat ini.
"Kalau ngojek biasa bebas, tidak terikat kalau mau pulang pulang. Masalah sewa bebas ditentuin, kendali di kita. Beda kalau di TransJek, justru pelanggan pada nyari-nyari kita, sampai-sampai kewalahan," jelasnya Rizal bangga.
Sebagai pengendara ojek berargo, Rizal sangat menikmati pekerjaan ini. "Sejauh ini saya masih enjoy aja, mungkin karena baru dua bulan kerja ya," tandasnya.