Sekira 13 kilometer sebelum Bontosunggu, ibukota Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, air meluap di ruas Jalan Poros Takalar-Jeneponto. Akibatnya lalu lintas tersendat, kendaraan mengalami kemacetan sepanjang satu kilometer.
Beberapa lokasi di areal ruas jalan itu digenangi air. Kondisi terdalam hingga batas air mencapai ketinggian sekira satu meter muncul di Kelurahan Tonrokassi Timur, Kecamatan Tamalate, Lingkungan Boyong dan Lingkungan Belandangan.
Banjir melimpah dalam radius kurang lebih satu kilometer, juga memenuhi kawasan jalan berbentuk seperti kurva setelah tanjakan curam. Limpahan air tersebut baru surut tepat di ujung komplek bangunan Pasar Tamanroya pada lokasi yang lebih landai.
Menurut Arsyad, warga setempat, air naik lebih satu meter sejak pukul 10.30 Wita dan baru turun menjelang sore, sehingga jelang sore pula kendaraan baru bisa melaju.
“Kemarin pukul 10.00 pagi, sampai bisa langgar (dilalui) mobil yang besar (jam) setengah satu. (Jam) setengah satu mobil besar baru bisa lewat. Sebelumnya tidak bisa lewat sama sekali,” ujar Arsyad.
Lelaki 55 tahun itu mengaku baru kali ini banjir berdampak cukup signifikan terhadap warga. “Dari pegunungan ini air. Biasa begitu, tapi ini tiga tahun tidak jadi. Barusan hujan begini. Tiga tahun lalu hujannya tak banyak, barusan tahun ini.”
Senada dengan Arsyad, Asri, warga Tamanroya menuturkan, arus kendaraan tersendat sejak Sabtu 5 Januari lalu hingga baru lancar kembali sekira pukul 03.00 dini hari. Sebagian besar ruas jalan tersebut pun menjadi lumpuh.
Ruas Jalan Poros Takalar-Jeneponto itu satu-satunya akses masuk kendaraan ke Kabupaten Jeneponto dari arah Makassar berjarak lebih 90 km.
Beberapa warga setempat mengatakan kepada Okezone, luapan air berasal dari pegunungan. Banyak pohon besar ditebang, lokasi tebangan kemudian dijadikan kebun.