Jakarta - Terkait dua kecelakaan bus di Cianjur dalam sepekan, Komisi V DPR meminta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengevaluasi kelayakan kendaraan terutama angkutan umum.
"Dengan begitu banyaknya kecelakaan lalu lintas, kami menyarankan Kementerian Perhubungan agar melakukan verifikasi secara berkala, baik terkait kelayakan operasi mesin maupun sopir dalam rangka meminimalisir tingkat kecelakaan lalu lintas yang makin rentan," kata ketua komisi V DPR Laurens Bahang Dama dalam rilisnya.
Laurens menyatakan kejadian tersebut patut dicermati sebagai bagian kealfaan pihak perhubungan yang begitu mudah memberikan izin operasi kendaraan bermotor. Akibatnya, kendaraan bermotor yang mestinya sudah tak layak operasi dibiarkan beroperasi dan berujung pada intensnya kecelakaan lalu lintas.
"Kami sangat berharap pada Kementrian Perhubungan, agar kedepan regulasi perizinan operasi kendaraan bermotor harus lebih ketat lagi diberlakukan," terangnya.
Ia menuturkan, perlunya evaluasi itu bukan tanpa alasan, karena setidaknya dua kecelakaan bus yang terjadi di Cianjur dalam 5 hari ini disebabkan karena kondisi kendaraan yang tak layak. Yaitu kondisi bus yang mengalami rem blong.
Lebih jauh ia menuturkan, angka korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 31.234 jiwa per-tahun atau 86 jiwa per hari pada tahun ini. "Angka korban kematian lalu lintas ini lebih sadis jumlahnya dari kematian akibat perang Irak," ucap Laurens.
Kecelakaan bus maut pertama terjadi pada Sabtu (23/2), di Jalan Raya Sukabumi, Desa Songgom, Cianjur, Jawa Barat, terjadi sekitar pukul 06.15 WIB. Truk tronton L 9763 UA melaju dari arah Sukabumi ke Cianjur. Diduga rem truk tidak berfungsi, truk langsung menghantam bagian belakang angkot F 1922 YA yang searah kemudian menabrak belakang angkot F 1956 YE. Sebanyak 16 orang tewas dalam kecelakaan tersebut.
Kecelakaan bus berikutnya terjadi pada Kamis (27/2) kemarin. Bus Mustika Mega Utama menabrak tebing di Ciloto, Cianjur sekitar pukul 11.30 WIB. Bus rombongan ziarah itu jugab diduga mengalami rem blong sehingga bagian kiri menghantam tebing hingga ringsek. 16 orang tewas dalam kecelakaan itu, korban sebagian besar orang tua, ada juga anak-anak.
"Dengan begitu banyaknya kecelakaan lalu lintas, kami menyarankan Kementerian Perhubungan agar melakukan verifikasi secara berkala, baik terkait kelayakan operasi mesin maupun sopir dalam rangka meminimalisir tingkat kecelakaan lalu lintas yang makin rentan," kata ketua komisi V DPR Laurens Bahang Dama dalam rilisnya.
Laurens menyatakan kejadian tersebut patut dicermati sebagai bagian kealfaan pihak perhubungan yang begitu mudah memberikan izin operasi kendaraan bermotor. Akibatnya, kendaraan bermotor yang mestinya sudah tak layak operasi dibiarkan beroperasi dan berujung pada intensnya kecelakaan lalu lintas.
"Kami sangat berharap pada Kementrian Perhubungan, agar kedepan regulasi perizinan operasi kendaraan bermotor harus lebih ketat lagi diberlakukan," terangnya.
Ia menuturkan, perlunya evaluasi itu bukan tanpa alasan, karena setidaknya dua kecelakaan bus yang terjadi di Cianjur dalam 5 hari ini disebabkan karena kondisi kendaraan yang tak layak. Yaitu kondisi bus yang mengalami rem blong.
Lebih jauh ia menuturkan, angka korban kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 31.234 jiwa per-tahun atau 86 jiwa per hari pada tahun ini. "Angka korban kematian lalu lintas ini lebih sadis jumlahnya dari kematian akibat perang Irak," ucap Laurens.
Kecelakaan bus maut pertama terjadi pada Sabtu (23/2), di Jalan Raya Sukabumi, Desa Songgom, Cianjur, Jawa Barat, terjadi sekitar pukul 06.15 WIB. Truk tronton L 9763 UA melaju dari arah Sukabumi ke Cianjur. Diduga rem truk tidak berfungsi, truk langsung menghantam bagian belakang angkot F 1922 YA yang searah kemudian menabrak belakang angkot F 1956 YE. Sebanyak 16 orang tewas dalam kecelakaan tersebut.
Kecelakaan bus berikutnya terjadi pada Kamis (27/2) kemarin. Bus Mustika Mega Utama menabrak tebing di Ciloto, Cianjur sekitar pukul 11.30 WIB. Bus rombongan ziarah itu jugab diduga mengalami rem blong sehingga bagian kiri menghantam tebing hingga ringsek. 16 orang tewas dalam kecelakaan itu, korban sebagian besar orang tua, ada juga anak-anak.