Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Djoko Murjanto menyatakan, saat ini Jalur Pantura Jawa sudah memiliki volume lalu lintas dan beban berlebih (overloading) dari truk logistik yang melintas di kawasan tersebut. Akibatnya, jalan ini selalu rusak dan membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi.
“Setidaknya tiap tahun kami menyiapkan anggaran hingga Rp 1,28 triliun untuk jalur ini. Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk pemeliharaan,” katanya saat meninjau perbaikan jalan dan jembatan di Jalur Pantura Cirebon hingga Tegal, kemarin.
Menurut Djoko, Jalur Pantura idealnya tiap hari hanya dilalui 20 kendaraan. Nyatanya kendaraan yang melintasi jalur ini per harinya sudah mencapai 48 ribu kendaraan.
Lebih parahnya lagi volume kendaraan yang melintas justru berupa kendaraan berat yang melebihi tonase. Jalan ini didesain untuk dilalui kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST) sebesar 10 ton. Nyatanya ada kendaraanyang lewat dengan MST hingga 90 ton.
“Tentu saja kendaraan berat semacam ini bisa memperpendek usia jalan. Karena itu saya berharap aparat berwenang lebih ketat dalam mengawasi kendaraan berat yang melintas,” katanya.
Menurut Djoko, pemeliharaan kelayakan Jalur Pantura Jawa sangat penting dalam mendukung perputaran roda perekonomian nasional. Sebab hampir 80 persen kelancaran distribusi barang dan jasa ditentukan di jalur ini.
Karena itu pihak Bina Marga benar-benar menaruh perhatian khusus terhadap jalur ini. Sebab jika fungsinya terganggu maka akan berpengaruh terhadap geliat perekonomian nasional.
Penanganan Jalur Pantura dilakukan sepanjang, tahun tidak hanya ketika menjelang arus mudik Lebaran. Namun, karena Lebaran merupakan hajat nasional Kementerian PU memang memberikan perhatian khusus menyambut hari besar umat Islam tersebut.
“Kini Pantura yang kondisinya tidak mantap hanya 2,14 persen atau sepanjang 28 Km. Dan yang kondisinya rusak berat hanya 500 meter di Banten,” katanya.
Selain meninjau kondisi jalan ruas Jabar-Jateng ini, Djoko juga melihat penanganan Jembatan Bandengan A di Cirebon. Jembatan tersebut merupakan bagian dari lima jembatan yang mendapatkan pemeliharaan berkala pada 2013.
Untuk penggantian gelagar jembatan Bandengan digunakan teknik pracetak beton. Dengan cara tersebut penanganan berlangsung lebih singkat. Upaya tersebut merupakan terobosan Kementerian PU dalam penanganan Pantura.
Dalam tinjauannya tersebut, Djoko juga mendatangi Jembatan Pemali diBrebes yang rusak akibat lalu lintas kendaraan berat. Melihat padatnya arus kendaraan yang melintas dan akan datangnya Hari Raya Lebaran dalam hitungan bulan, upaya Kementeriaan PU saat ini ialah menjaga jembatan fungsional tersebut hingga arus Lebaran usai.
“Setelah lebaran, baru kira lakukan perbaikan permanen Jembatan Pemali dengan beton. Kita juga akan membuat jembatan darurat bailey disampingnya, namun masih menunggu pembebasan tanah oleh Dinas di daerah,” tandasnya.
“Setidaknya tiap tahun kami menyiapkan anggaran hingga Rp 1,28 triliun untuk jalur ini. Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk pemeliharaan,” katanya saat meninjau perbaikan jalan dan jembatan di Jalur Pantura Cirebon hingga Tegal, kemarin.
Menurut Djoko, Jalur Pantura idealnya tiap hari hanya dilalui 20 kendaraan. Nyatanya kendaraan yang melintasi jalur ini per harinya sudah mencapai 48 ribu kendaraan.
Lebih parahnya lagi volume kendaraan yang melintas justru berupa kendaraan berat yang melebihi tonase. Jalan ini didesain untuk dilalui kendaraan dengan muatan sumbu terberat (MST) sebesar 10 ton. Nyatanya ada kendaraanyang lewat dengan MST hingga 90 ton.
“Tentu saja kendaraan berat semacam ini bisa memperpendek usia jalan. Karena itu saya berharap aparat berwenang lebih ketat dalam mengawasi kendaraan berat yang melintas,” katanya.
Menurut Djoko, pemeliharaan kelayakan Jalur Pantura Jawa sangat penting dalam mendukung perputaran roda perekonomian nasional. Sebab hampir 80 persen kelancaran distribusi barang dan jasa ditentukan di jalur ini.
Karena itu pihak Bina Marga benar-benar menaruh perhatian khusus terhadap jalur ini. Sebab jika fungsinya terganggu maka akan berpengaruh terhadap geliat perekonomian nasional.
Penanganan Jalur Pantura dilakukan sepanjang, tahun tidak hanya ketika menjelang arus mudik Lebaran. Namun, karena Lebaran merupakan hajat nasional Kementerian PU memang memberikan perhatian khusus menyambut hari besar umat Islam tersebut.
“Kini Pantura yang kondisinya tidak mantap hanya 2,14 persen atau sepanjang 28 Km. Dan yang kondisinya rusak berat hanya 500 meter di Banten,” katanya.
Selain meninjau kondisi jalan ruas Jabar-Jateng ini, Djoko juga melihat penanganan Jembatan Bandengan A di Cirebon. Jembatan tersebut merupakan bagian dari lima jembatan yang mendapatkan pemeliharaan berkala pada 2013.
Untuk penggantian gelagar jembatan Bandengan digunakan teknik pracetak beton. Dengan cara tersebut penanganan berlangsung lebih singkat. Upaya tersebut merupakan terobosan Kementerian PU dalam penanganan Pantura.
Dalam tinjauannya tersebut, Djoko juga mendatangi Jembatan Pemali diBrebes yang rusak akibat lalu lintas kendaraan berat. Melihat padatnya arus kendaraan yang melintas dan akan datangnya Hari Raya Lebaran dalam hitungan bulan, upaya Kementeriaan PU saat ini ialah menjaga jembatan fungsional tersebut hingga arus Lebaran usai.
“Setelah lebaran, baru kira lakukan perbaikan permanen Jembatan Pemali dengan beton. Kita juga akan membuat jembatan darurat bailey disampingnya, namun masih menunggu pembebasan tanah oleh Dinas di daerah,” tandasnya.