Warga Jakarta sangat akrab dengan kemacetan, di hampir setiap ruas
jalan utama. Bahkan jalan tol yang sesuai maknanya seharusnya bebas
hambatan, nyatanya malah menyita waktu pengguna jalan berjam-jam.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan termasuk yang
gerah dengan kemacetan di tol. Apalagi, anak buahnya, PT Jasa Marga
(Persero) mengelola salah satu jalur neraka legendaris bagi pengguna
kendaraan roda empat Ibu Kota, yaitu ruas tol Cawang-Semanggi-Tomang.
Pelbagai cara sudah dicoba perusahaan pelat merah itu. Menjalankan contra flow, menutup sebagian jalur rawan macet, sampai pengalihan jalur memanfaatkan rubber cone. Hasilnya nihil, kemacetan masih menggila, tak hanya di jam sibuk.
Puncaknya pada Februari tahun ini, melalui rubrik "Manufacturing
Hope" yang biasa ditulis saban pekan, Dahlan meminta maaf secara terbuka
pada masyarakat. Dia dan direksi Jasa Marga mengaku butuh bantuan warga
untuk menuntaskan persoalan kemacetan yang justru tercipta akibat
keberadaan jalan tol.
Hadiah Rp 100 juta ditawarkan pada siapapun yang bisa membantu
pemerintah dan BUMN mengurai kemacetan kronis. Dahlan percaya solusi
mengurai problem lalu lintas ini bisa melibatkan semua orang.
"Siapapun yang bisa menyumbangkan ide brilian untuk penyelesaian
kemacetan ini akan diberi hadiah besar. Tiap satu ide yang bisa
diterapkan akan mendapat hadiah Rp 100 juta," tulisnya.
Ide Dahlan disambut direksi Jasa Marga. Mereka tidak main-main,
sampai membentuk tim juri. Para pakar itu dipimpin Riki Destawan dari
BUMN tersebut, dan beranggotakan ahli rekayasa lalu lintas kawakan
misalnya Pengurus Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Agus Sidharta serta
Komisaris Polisi Risto Samodera dari unsur kepolisian.
Pada 11 Maret lalu, sayembara itu diumumkan oleh Jasa Marga kepada
publik. Pengelola jalan tol itu segera memasang spanduk, berpromosi di
sosial media, serta memasang keterangan cara berpartisipasi di situs
jasamarga.com.
Tak tanggung-tanggung, dalam waktu singkat, proposal buat memecahkan
persoalan kemacetan tol membanjiri Jasa Marga, baik lewat pos maupun
surat elektronik.
Hingga penutupan sayembara dua bulan lalu, 1.016 usulan masuk.
Masyarakat yang terlibat beraneka ragam, seperti harapan Dahlan. Mulai
dari akademisi yang sehari-hari berurusan dengan teori perencanaan kota,
PNS, dokter, mahasiswa, sampai guru sekolah.
Setelah 3 tahapan seleksi, termasuk presentasi di hadapan juri,
terpilih 10 pemenang yang diumumkan di Kementerian BUMN kemarin, Kamis
(4/7). Pada akhirnya, juri memutuskan tidak ada pemenang tunggal,
lantaran setiap ide punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tak
seperti harapan Dahlan agar uang Rp 100 juta jatuh kepada satu pemenang
saja yang idenya betul-betul cemerlang.
Mantan Dirut PLN ini menegaskan usulan para pemenang tak bakal
diabaikan. Terbukti, sebagian ide mereka dipakai Jasa Marga buat
melakukan rekayasa jalur Cawang-Semanggi-Tomang diperkirakan menelan
dana Rp 400 miliar, dan mulai dijalankan tahun ini.
"Tanpa sepuluh orang ini tidak mungkin ada inspirasi kepada Jasa Marga," kata Dahlan di kantornya kemarin.
Beberapa solusi dari warga ini ada yang rumit namun brilian. Sebagian
lagi sebetulnya sangat sederhana tapi sangat logis dan patut dicoba.
Berikut lima pemenang sayembara Jasa Marga beserta usulan mereka
dalam mengurai kemacetan di tol dalam kota Jakarta