Ketua Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Gabungan Angkutan
Darat (Oganda) Eka Sari Lorena menyesalkan keputusan pemerintah yang
akan memproduksi dan menjual mobil murah di dalam negeri. Eka
menyayangkan kenapa mobil tersebut dijual di dalam negeri bukan di luar
negeri.
"Katanya banyak produksi lokal tapi kenapa marketnya di Indonesia.
Mereka putra bangsa yang hebat pasarkan ke negara lain," ucap Eka, Sabtu
(11/10).
Eka memastikan dengan adanya mobil murah akan membuat jalanan penuh
atau tidak bisa bergerak sama sekali. Kondisi sekarang saja menurutnya
sudah ada penurunan kecepatan rata rata mobil di jalan antar kota.
"Penurunan kecepatan ada tiap itu 2 - 4 persen. Bus sekarang Jakarta -
Surabaya rata rata 40 Km per jam, itu slow skali. Kecepatan setiap 6
bulan nanti mungkin akan menurun hingga 5 - 25 km. Pasti bisa stuck,"
katanya.
Macetnya jalanan karena pertumbuhan kendaraan tidak diimbangi dengan
pertumbuhan infrastruktur. Infrastruktur di Indonesia hanya tumbuh 0,001
persen.
"Tidak ada tambahan (infrastruktur). Tapi dimana mana infrastruktur
memang lebih lambat, tapi harusnya penyelenggaraan angkutan orang
kapasitas besar harusnya," tegasnya.
Keberadaan mobil murah juga dianggap tidak membawa untung sama sekali
masyarakat ataupun negara. Eka menilai mobil murah nanti juga hanya
akan dibeli orang mampu.
"Mobil murah nanti yang beli sama dengan yang punya mobil sekarang.
Kalau menurut saya penurunan jumlah penumpang tidak ada tapi menambah
jumlah kemacetan. Sehingga biaya produksi angkutan umum meningkat,"
tutupnya.