Gresik - warga Desa dan Pemuda di Kecamatan Duduksampean nekat unjuk rasa di perlintasan rel kereta api Pasar Duduksampean menuntut palang pintu, penjaga 24 jam dan penerangan sepanjang rel kereta api, karena setiap tahun ada warga tewas menjadi korban meninggal dunia tertabrak kereta api, Minggu (10/11/2013).
Rel kereta
api yang sudah ada sejak 100 tahun yang lalu sampai sekarang tidak ada
keamanan bagi pengguna jalan yang melintas. Selama ini beberapa Desa di
Duduksampean yang dilintasi rel kereta api tidak ada palang pintu, petugas keamanan dan penerangan.
Sekarang ada proyek rel kereta api double track atau rel ganda yang sebentar lagi akan dipergunakan lintasan tersebut, sehingga akan sering dilintasi kereta api dari Jakarta ke Surabaya dan sebaliknya.
Jika
tidak ada lampu penerangan, petugas jaga 24 Jam dan portal pembatas,
warga akan berjatuhan menjadi korban. "Per tahun rata-rata 10 orang
tewas di Duduksampean akibat tertabrak kereta
api. Kami di sini menyalurkan aspirasi warga agar tidak menjadi korban
pembangunan PT Kereta Api, sehingga polisi tidak seenaknya sendiri main
tangkap," kata Ihyak Ulumudin alias Yayak (23), pemuda asal Desa
Setrohadi, Kecamatan Duduksampean.
Sedikitnya ada 5 Desa di Kecamatan Duduksampean yang pintu masuknya harus melintasi rel kereta api, yaitu Desa Gredek, Brak Sumari, Gadukan, Kandangan dan Setrohadi.