Jakarta - Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PU, Djoko Murjanto,
memastikan akhir Juni Jalur Pantura sepanjang 1300 Km sudah rapi dan
siap dilalui kendaraan pemudik Lebaran. Saat ini perbaikan tengah
dikebut dan sejumlah ruas jalan yang belum rapi sudah mulai ditangani.
“Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto menginginkan awal Juli 2014
seluruh perbaikan jalan baik di jalur Pantura dan Pantai Selatan sudah
dihentikan agar pemudik tidak terganggu ,” katanya, ketika meninjau
perbaikan Pantura Jawa Barat dan Jawa Tengah beberapa hari lalu.
Dari laporan yang diterima dan kondisi yang disaksikan di lapangan,
Djoko optimistis perbaikan yang saat ini sudah mencapai 50 persen bisa
diselesaikan tepat waktu. Pihaknya sangat yakin hingga akhir Juni atau
awal Juli nanti seluruh jalur utama arus mudik Pulau Jawa ini sudah
mulus dan bisa dilalui pemudik dengan lancar.
“Yang lubang-lubang akan kami tutupi dengan aspal. Yang kemarin
kebanjiran kami naikkan dengan (pembangunan jalan) beton,” ujarnya.
Penanganan perbaikan jalur Pantura dilakukan di beberapa titik yang
berbeda. Perbaikan jalan, misalnya, dilakukan dengan menaikkan tinggi
jalan dengan pembetonan (rigid pavement) dan pengaspalan.
Untuk daerah Jawa Barat, betonisasi jalan telah mencapai hampir 50
kilometer dari total ruas jalan yang ada 298 kilometer. Sementara hingga
menjelang lebaran, pemerintah menargetkan betonisasi mencapai 70
kilometer.
Untuk jangka panjang, Dirjen Bina Marga berharap transportasi
intermoda kereta api dapat membantu mengurangi beban lalu lintas
Pantura, apalagi setelah rampungnya rel ganda kereta Jakarta-Surabaya
(727 km) yang direncanakan beroperasi Juni mendatang. “Semoga kereta rel
ganda ini bisa membantu mengurangi beban jalan Pantura yang berat,”
katanya.
CEPAT RUSAK
Menurut Djoko, cepatnya jalur Pantura rusak antara lain akibat
banyaknya kendaraan berat yang melintas melebihi beban (overload) yang
diizinkan. Kendati jalan ini dirancang untuk mampu menahan beban
maksimal 10 ton ternyata banyak kendaraan yang lewat bebanya mencapai 20
ton, bahkan lebih.
Akibatnya umur jalan yang seharusnya mampu bertahan lama menjadi
lebih singkat. Kondisi ini seharusnya tidak boleh dibiarkan jika tidak
ingin pantura cepat hancur.
Karena itu dia berharap pemerintah mau mendorong agar kendaraan berat
yang melintasi Pantura dialihkan saja ke moda angkutan laut atau kereta
api. Dengan cara ini jalan bisa lebih awet sehingga tidak terlalu
membutuhkan biaya perawatan yang besar.
Tahun ini pihak Kementerian PU mengalokasikan dana sekitar Rp 1,8
triliun untuk pemeliharaan jalur Pantura. Namun akibat banyaknya
kendaraan yang melintas bebannya melebihi yang diizinkan maka jalan
menjadi lebih cepat rusak disbanding umur yang sebenarnya.