"Jadi untuk mengatasi trek-trekan kita harus menyediakan sirkuit," kata Roy Suryo, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) di kompleks stadion Manahan Solo, Minggu (04/5).
Pengadaan sirkuit sebagai jawaban untuk mewadahi aktivitas mereka yang liar dan mengganggu masyarakat pemakai jalan. Ini menjadi tugas dan tanggungjawab Pemerintah Kota/Kabupaten. Karena itu Roy Suryo menyambut baik upaya Pemerintah Kota Solo membangun sirkuit semi permanen di kompleks stadion Manahan Solo.
"Dalam balapan, sirkuit semi permanen bisa dilihat di Monako maupun Singapura. Jadi konsep yang dikembangkan Solo membuat sirkuit balapan semi permanen cukup menarik," katanya. Roy Suryo bersama Walikota Fx Hadi Rudyatmo ikut mencoba sirkuit Manahan dengan mengendarai sepeda motor matic.
"Kami menghitung sirkuit ada enam tikungan kekiri dan tiga tikungan ke kanan," jelas Menpora. Di Jawa Tengah sirkuit balapan juga harus dibuat di kota lain seperti Grobogan. Begitu juga daerah lain yang sudah muncul atraksi trek-trekan harus segera disiapkan sirkuit. Di Medan dulu juga dilakukan upaya mempertahankan sirkuit Pancing untuk mewadahi balapan liar. Begitu juga di Jakarta.
Balapan liar memang harus ditampung di sirkuit agar tidak memunculkan kengerian di jalanan. Sementara terkait geng-motor, Roy Suryo mengakui adanya keterbatasan untuk menyelesaikan. Kerena mereka tidak hanya sekedar balapan. "Masalah geng-motor harus lintas Kementerian termasuk dengan Menkopolkam. Hal itu sudah dilakukan."
Walikota Rudy menyatakan ingin mengembalikan fungsi Manahan. Artinya, ketika lokasi ini akan dimanfaatkan untuk balapan, para pedagang sunday-market harus bisa memahami. Hal ini sekaligus untuk mengukur kemauan para pembalap dalam melakukan latihan di sirkuit ini.