Jakarta-Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Ignasius Jonan mengungkapkan berbagai perubahan yang terjadi di perusahaan yang dipimpinnya hanya bersifat evolusi pelayanan, yang mulai dilakukan sejak tiga tahun.
"Sebenarnya terobosan ini sifatnya evolusi, dan potretnya biasanya pada masa operasi Lebaran," kata Jonan, Jakarta, Kamis malam (6/9).
Jonan mencontohkan, operasi Lebaran 2010 sistem "boarding pass" sudah dijalankan. Namun, beberapa pegawai belum menerapkannya dengan baik. Pada 2011, sistem "boarding" kembali dijalankan dan mulai dilakukannya pembatasan jumlah penumpang kelas ekonomi dan bisnis.
"Kita batasi begini, biasanya kalau kelas ekonomi 100 persen maksimum sesuai dengan peraturan. Kalau kelas bisnis 125 persen dari jumlah tempat duduk, serta eksekutif 400 persen," tuturnya.
Namun, lanjut Jonan, setelah dipelajari dengan seksama ternyata ketertiban para pengguna kereta api tidak berjalan mulus. Sebab, ada masyarakat yang membeli karcis namun tidak mendapatkan tempat duduk, dan sebaliknya.
Oleh sebab itu, untuk kereta jarak menengah dan jarak jauh, setelah selesai masa operasi Lebaran 2011, KAI memberlakukan satu penumpang, satu tempat duduk.
"Jadi dipastikan tidak ada yang boleh berdiri lagi. Karena kalau pun berdiri untuk kereta jarak menengah dan jauh itu tidak mungkin," ungkapnya.
Selain itu, pihaknya sudah meniadakan kereta sapu jagad dan kereta barang yang dulunya dapat mengangkut penumpang sebab membahayakan jiwa penumpang.
Menyoal lebih dari 5.000 tiket KA yang hangus, Jonan mengakui ada 1.000 tiket dalam masa operasi Lebaran 2012 dibatalkan. Sebab, nama calon penumpang tidak sesuai dengan tanda pengenal yang dipertunjukkan saat "boarding pass".
"Lalu dibatalkan dan dibelikan tiket baru, karena tempat duduknya memang ada," tuturnya.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit mengharapkan kereta api dapat menjadi tulang punggung dari transportasi nasional baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi.