Dit Reskrimum Polda Kep. Babel Jaga Perdamaian di Sudan

12:30
NTMC - Seorang personel Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Kepulauan Bangka Belitung, Brigadir Kepala Diki Zulkarnain menjadi bagian perwakilan Indonesia di bawah naungan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) untuk menjaga krisis kemanusiaan di Darfur, Sudan (Unamid).
Indonesia yang tergabung dalam PBB berkerjasama dengan African Union, Indonesia melalui Divhubinter (Divisi hubungan Internasional) melaksanakan seleksi pasukan PBB atau FPU (Formed Police Unit) yang di laksanakan di Mabes Polri.
Dalam perjalanan selesksi pasukan FPU salah satunya yang dinyatakan lulus adalah Bripka Diki Zulkarnain anggota personel Sie Identifikasi Dit Reskrimum Polda Kep. Babel Pria kelahiran 10 November 1980, harus melalui serangkaian tes ketat sebelum diterima bergabung di pasukan PBB yang biasa disebut FPU (Formed Police Unit).
Bapak tiga orang anak ini, sejak Desember 2014 lalu berangkat ke Afrika dan ditempatkan pada staf Opsnal bersama 139 anggota lainnya dari berbagai wilayah di Indonesia.
Tes administrasi, psikotes, kesehatan, jasmani, komputer, Menembak, Bahasa Inggris dan Arab dilaluinya dengan lancar. Dari Polda Babel, peserta seleksi hanya 5 ( lima ) orang yakni 4 ( empat ) anggota Brimob dan dia sendiri sebagai polisi umum. Namun, yang terpilih 3 ( tiga ) orang yakni 2 ( dua ) anggota Brimob dan polisi umum.
“Kontingen FPU Indonesia terdiri dari 2 forrmasi yaitu Formasi Pasukan Taktis dan Formasi Support. Pasukan Taktis terdiri dari sniper, driver, komandan peleton dan komandan regu yang jumlahnya 100 orang. Sedangkan Formasi Support terdiri dari unsur staf, staf Min Ops, staf Min Pers, staf Logistik, Medis bensat Mekanik (ranmor, AC, Genset dan Watertreatment) dan kebetulan saya memilih formasi Staf Opsnal. Jumlah Formasi Support ada 40 anggota,” kata Diki kepada Tribratanews.com, Kamis (08-10-2015).
Menurut Bripka Diki Zulkarnain anggota yang ikut seleksi sekitar 3.450 orang. FPU Indonesia sudah ada sejak tahun 2009. Diki bergabung bersama Kontingen FPU Indonesia VII, yang artinya program tersebut sudah berjalan selama 7 tahun. Setiap setahun sekali diganti dengan kontingen yang baru.
Polda Babel baru pertama kali mengirimkan wakil dalam misi PBB ini. Ada rasa kebanggaan Diki dan kawan-kawan dapat membawa nama Polda Babel di tingkat internasional.
“Ke depannya kami berharap bisa membuka jalan untuk personel Polda Babel lainnya ikut dalam misi PBB. Kami bertugas sampai Desember 2015. Sebelum berangkat ke Sudan dari bulan September 2014, personel yang dinyatakan lulus harus mengikuti latpra Ops di Puslat Multi Fungsi Cikeas Bogor selama tiga bulan.
Menjalankan tugas negara, membuat Diki harus siap menghadapi segala resiko. Perbedaan budaya, makanan, bahasa di Sudan, tidak membuatnya mengeluh. Justru menjadi tantangan bagi pria yang kerap diminta menerjemahkan bahasa Inggris ke Arab saat kontingen Indonesia melatih polisi Sudan.
Diki kelahiran Medan, Sumut yang kini menetap bersama istri dan anaknya di Desa Beluluk, Pangkalanbaru, Bangka Tengah itu harus menghadapi situasi perubahan iklim yang ekstrim.
“Ketika tiba di Sudan suhu sampai minus 2 derajat celcius selama tiga bulan. Sekarang musim panas sampai 50 derajat. Kami juga sering menghadapi badai pasir, yang biasanya cuma melihat di tivi, sekarang ada di depan mata,” katanya.
Diki termasuk sosok yang mudah bergaul. Di Sudan, dia biasa berbaur bersama kepala suku setempat dan hadir dalam kegiatan masyarakat semisal perayaan Idul Adha beberapa waktu lalu.
Meski disibukkan dengan berbagai tugas, Diki dan kawan-kawan tidak melupakan kewajiban beribadah. Shalat lima waktu tak ditinggalkan. Diki diberi kepercayaan menjadi ketua masjid di camp kontingen Indonesia dan setiap malam Jumat menggelar yasinan.
“Saya dedikasikan untuk negara, Polda Babel, keluarga, anak dan istri tercinta,” ungkapnya.
Unamid adalah misi gabungan PBB dengan Uni Afrika (African Union), untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di Darfur. Darfur adalah daerah bagian barat Sudan yang berbatasan dengan Republik Afrika Tengah, Libya dan Chad. Darfur memiliki luas wilayah 493.180 Km persegi atau 196.555 mile persegi. Daerahnya dibagi menjadi tiga bagian, yakni Gharb Darfur, Janub Darfur dan Shamal Darfur.
Sejak 2004, Darfur sedang mengalami krisis kemanusiaan. Terjadi konfik bersenjata antara kelompok militan Janjaweed dukungan pemerintah dan kelompok-kelompok Rebel. Sudan Liberation Movement (SLA) dan Justice and Equality Movement (JEM) adalah nama-nama kelompok Rebel yang paling besar, disamping ada puluhan kelompok-kelompok bersenjata lainnya yang sedang berseteru dengan pemerintah Sudan.
Perseteruan tersebut diwarnai dengan penyerangan dan pembunuhan massal terhadap penduduk sipil. Menurut data PBB telah menyebabkan lebih dari 300 ribu jiwa melayang dan kurang lebih 2,5 juta jiwa lainnya kehilangan tempat tinggal. Mereka harus tinggal di tempat-tempat penampungan 
pengungsi yang tersebar di berbagai daerah di Darfur, dengan mengharapkan bantuan dari organisasi kemanusiaan dunia seperti WHO, UNICEF, UNHCR dan beberapa organisasi pemerintah maupun nonpemerintah lainnya.
PBB sejak 2008 bekerjasama dengan African Union melaksanakan misi perdamaian dengan nama UNAMID dalam rangka mengurangi tindakan kekerasan, serta memantau perjanjian perdamaian atau DPA (Darfur Peace Agreement) antara pemerintah Darfur dengan para kelompok Rebel bersenjata tersebut. Misi kemanusiaan di Darfur pada awalnya dilakukan oleh African Union (AU) dengan misinya AMIS (African Union Mission in Sudan) pada tahun 2004 dengan tugas memonitor genjatan senjata guna penghentian kekerasan yang terjadi di Sudan dan sekitarnya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »