Cilacap - Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Cilacap memprakirakan wilayah Jawa Tengah bagian selatan segera memasuki
musim hujan pada dasarian (10 hari) kedua Oktober.
"Setelah sempat mundur, saat ini hujan mulai turun di beberapa wilayah meskipun belum merata, sehingga awal musim hujan di wilayah Jateng selatan diprakirakan mulai berlangsung pada dasarian kedua Oktober," kata prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Minggu.
Kalau saat ini (dasarian pertama), kata dia, masih sulit untuk dikatakan sebagai awal musim hujan, karena curah hujan dalam satu dasarian belum bisa mencapai 50 milimeter.
Dengan demikian, menurut dia, awal musim hujan di beberapa wilayah Jateng selatan mundur antara satu hingga dua dasarian.
Dalam hal ini, dia mencontohkan awal musim hujan di wilayah Cilacap bagian selatan yang sebelumnya diprakirakan pada dasarian kedua September, mundur menjadi dasarian kedua Oktober.
Menurut dia, mundurnya awal musim hujan ini disebabkan oleh munculnya badai di wilayah utara ekuator sehingga awan hujan yang telah terbentuk di atas wilayah selatan Jateng tersapu angin kencang yang bertiup menuju pusat badai.
"Pada akhir September lalu muncul badai Selawat di Samudera Pasifik utara Filipina dan badai Efiniar di timur laut Filipina. Setelah dua badai tersebut menghilang, pada awal Oktober muncul dua badai baru, yakni badai Gaemi di Laut China Selatan dan badai Maliksi di Samudera Pasifik timur laut Filipina, sehingga memengaruhi kondisi cuaca di wilayah Jateng selatan," katanya.' Menurut dia, badai Gaemi di Laut China Selatan dan badai Maliksi di Samudera Pasifik timur laut Filipina saat ini telah menghilang sehingga wilayah Jateng selatan berpeluang terjadi hujan ringan pada malam hingga pagi hari.
Ia mengatakan, beberapa wilayah Jateng selatan yang mulai terjadi hujan, antara lain sebagian Cilacap, sebagian Purbalingga, dan sebagian Banyumas.
Kendati demikian, dia mengatakan, pada wilayah bekas terjadinya badai Gaemi saat ini masih terdapat daerah pusat tekanan rendah sehingga angin yang bertiup di atas wilayah Jateng selatan masih cukup kencang.
"Tadi pagi, kecepatan angin di Cilacap tercatat mencapai 10 knots," katanya.
Menurut dia, angin kencang tersebut diprakirakan tidak memengaruhi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jateng selatan karena saat ini selisih tekanan udara di wilayah utara ekuator dengan wilayah di selatan ekuator sangat sedikit.
"Berdasarkan pengamatan kami, selisihnya saat ini hanya 7 milibar tapi masih lebih rendah di wilayah utara dibanding selatan. Kalau beberapa hari lalu bisa mencapai di atas 10 milibar," kata Teguh.
Ia mengatakan, kondisi tersebut juga memengaruhi peningkatan tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut dia, tinggi gelombang maksimum di wilayah Samudera Hindia selatan Jateng dan DIY pada Senin (8/10) hingga beberapa hari ke depan diprakirakan mencapai 3 meter.
Kendati demikian, dia mengatakan, tinggi gelombang di perairan selatan Jateng dan DIY masih fluktuatif karena belum dipengaruhi musim angin barat.
"Setelah dalam beberapa hari mencapai 3 meter, nantinya akan turun lagi. Namun kalau sudah ada angin barat, bisa mencapai lebih dari 3 meter," katanya.
"Setelah sempat mundur, saat ini hujan mulai turun di beberapa wilayah meskipun belum merata, sehingga awal musim hujan di wilayah Jateng selatan diprakirakan mulai berlangsung pada dasarian kedua Oktober," kata prakirawan cuaca Stasiun Meteorologi Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Minggu.
Kalau saat ini (dasarian pertama), kata dia, masih sulit untuk dikatakan sebagai awal musim hujan, karena curah hujan dalam satu dasarian belum bisa mencapai 50 milimeter.
Dengan demikian, menurut dia, awal musim hujan di beberapa wilayah Jateng selatan mundur antara satu hingga dua dasarian.
Dalam hal ini, dia mencontohkan awal musim hujan di wilayah Cilacap bagian selatan yang sebelumnya diprakirakan pada dasarian kedua September, mundur menjadi dasarian kedua Oktober.
Menurut dia, mundurnya awal musim hujan ini disebabkan oleh munculnya badai di wilayah utara ekuator sehingga awan hujan yang telah terbentuk di atas wilayah selatan Jateng tersapu angin kencang yang bertiup menuju pusat badai.
"Pada akhir September lalu muncul badai Selawat di Samudera Pasifik utara Filipina dan badai Efiniar di timur laut Filipina. Setelah dua badai tersebut menghilang, pada awal Oktober muncul dua badai baru, yakni badai Gaemi di Laut China Selatan dan badai Maliksi di Samudera Pasifik timur laut Filipina, sehingga memengaruhi kondisi cuaca di wilayah Jateng selatan," katanya.' Menurut dia, badai Gaemi di Laut China Selatan dan badai Maliksi di Samudera Pasifik timur laut Filipina saat ini telah menghilang sehingga wilayah Jateng selatan berpeluang terjadi hujan ringan pada malam hingga pagi hari.
Ia mengatakan, beberapa wilayah Jateng selatan yang mulai terjadi hujan, antara lain sebagian Cilacap, sebagian Purbalingga, dan sebagian Banyumas.
Kendati demikian, dia mengatakan, pada wilayah bekas terjadinya badai Gaemi saat ini masih terdapat daerah pusat tekanan rendah sehingga angin yang bertiup di atas wilayah Jateng selatan masih cukup kencang.
"Tadi pagi, kecepatan angin di Cilacap tercatat mencapai 10 knots," katanya.
Menurut dia, angin kencang tersebut diprakirakan tidak memengaruhi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jateng selatan karena saat ini selisih tekanan udara di wilayah utara ekuator dengan wilayah di selatan ekuator sangat sedikit.
"Berdasarkan pengamatan kami, selisihnya saat ini hanya 7 milibar tapi masih lebih rendah di wilayah utara dibanding selatan. Kalau beberapa hari lalu bisa mencapai di atas 10 milibar," kata Teguh.
Ia mengatakan, kondisi tersebut juga memengaruhi peningkatan tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut dia, tinggi gelombang maksimum di wilayah Samudera Hindia selatan Jateng dan DIY pada Senin (8/10) hingga beberapa hari ke depan diprakirakan mencapai 3 meter.
Kendati demikian, dia mengatakan, tinggi gelombang di perairan selatan Jateng dan DIY masih fluktuatif karena belum dipengaruhi musim angin barat.
"Setelah dalam beberapa hari mencapai 3 meter, nantinya akan turun lagi. Namun kalau sudah ada angin barat, bisa mencapai lebih dari 3 meter," katanya.