WAJAH
Syamsidar berbinar-binar. Seolah tak percaya, berkali-kali ibu rumah
tangga ini menatap fotonya yang kini tertempel di atas selembar kertas
kecil berlaminating. Kertas itu mewakili pengakuan sah negara atas
kemampuannya mengendarai sepeda motor di area publik.
“Saya sekarang tenang kalau antar anak
sekolah atau ke pasar,” tutur wanita 25 tahun, istri pegawai showroom
motor di Pontianak, Kalbar. Meski mengaku sudah lama bisa mengendarai
sepeda motor, tetapi baru pada hari itu ia pertama kali mendapatkan SIM
C. ‘
Bersama puluhan wanita lain, Syamsidar memanfaatkan layanan khusus ‘Woman Care Day’ yang diselenggarakan jajaran lalulintas di wilayah Polda Kalimantan Barat.
Bersama puluhan wanita lain, Syamsidar memanfaatkan layanan khusus ‘Woman Care Day’ yang diselenggarakan jajaran lalulintas di wilayah Polda Kalimantan Barat.
‘Woman Care Day’ adalah layanan khusus
berperspektif gender yang memberi kemudahan bagi kaum wanita, mengurus
pembuatan SIM setiap hari Jumat. “Tidak perlu lagi berdesak-desakan
dengan kaum pria,” sebut Direktur Lalulintas Polda Kalbar, Kombes Pol
Drs Lotharia Latif. Program ini mulai diberlakukan Desember 2011
sebagai salah satu produk unggulan jajaran Lalulintas di Kalimantan
Barat.
Menurut Latif, gagasan ini berangkat
dari data semakin banyaknya kaum wanita yang mengendarai kendaraan
bermotor di Kalimantan Barat. Mereka tidak lagi berkutat di sektor
domestik rumah tangga, tetapi aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi
seperti bekerja di kantor, dagang di pasar, bahkan ada yang jadi sopir
antarjemput anak sekolah. “Demi keselamatan bersama di jalan, perlu ada
layanan khusus bagi kaum wanita untuk membuat SIM,” tutur Latif.
Selain itu, kaum ibu diharapkan menjadi teladan taat dan tertib
lalulintas di dalam keluarga.
Meski memberi kenyamanan lebih kepada
kaum perempuan, layanan khusus tersebut bukan berarti memberi excuse
terkait sejumlah persyaratan untuk mendapatkan SIM. Juga tidak untuk
mem-bypass prosedur. “Ujian teori maupun praktek, misalnya, tetap
dengan standar sama dengan pemohon pria, tidak ada diskriminasi,” tegas
Latif.
Syamsidar menyatakan hal serupa. Sebelum
membayar di loket bank dan mendaftarkan diri sebagai pemohon SIM, ia
harus lebih dulu mendapatkan surat keterangan sehat dari loket
kesehatan. “Di sana saya diminta mengenali huruf-huruf dari jarak jauh
dan tes warna,” cerita Syamsidar.
Antrean memang tak seberapa panjang, tak
perlu berdesak-desakan karena hari itu layanan pembuatan SIM khusus
untuk wanita. Bahkan sekitar 20-an kursi di ruang tunggu yang ber-AC
pagi itu tidak semua terisi. Sebelum, menjalani ujian teori dan
praktek, pemohon dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk mendapatkan
sosialisasi UU Lalulintas dan kampanye safety driving. Seorang perwira
polwan, misalnya, menjelaskan hal-hal yang wajib dan dilarang dilakukan
pengendara, apa saja yang harus dihindari dan sebaiknya dilakukan
ketika menghadapi situasi tertentu di jalanan.
Nurmaida, teman Syamsidar yang hari itu
sama-sama membuat SIM, menuturkan sejak mendaftar sampai akhirnya SIM
keluar, kira-kira menghabiskan waktu kurang dari dua jam. “Pulangnya
masih bisa langsung jemput anak sekolah,” ujarnya senang.
TEROBOSAN
Sejak Desember 2011 hingga akhir
Februari lalu, menurut Lotharia Latif, sebanyak 3.840 perempuan di
Pontianak dan sekitarnya telah terbantu untuk mendapatkan SIM melalui
program Woman Care Day. “Pada bulan Desember lalu malah ada dua
perempuan yang membuat SIM B-1 Umum,” sebut Latif. Mungkin mereka
bekerja sebagai sopir truk. Sama seperti pemohon SIM Umum lainnya yang
kebanyakan pria, keduanya antara lain juga harus menjalani ujian
menggunakan perangkat simulator kemudi yang saat ini telah tersedia di
seluruh Satpas SIM di Kalimantan Barat.
Menurut data di Polda Kalbar, jumlah
pemohon yang mengikuti program Woman Care Day setiap pekan tercatat
rata-rata 150-an perempuan. Di saat libur sekolah atau akhir tahun,
jumlahnya meningkat menjadi 200-250 orang lebih. “Mereka dari kalangan
pelajar, karyawati, ibu rumah tangga, pedagang, bahkan ada juga
pembantu rumah tangga,” tutur Kepala Seksi SIM Polda Kalbar, Kompol Dwi
Hartono. Terbanyak, mereka membuat dan memperpanjang SIM C (sepeda
motor).
Di tingkat nasional, program semacam ini
merupakan terobosan yang terus digalakkan jajaran lalulintas untuk
mengoptimalkan sektor layanan publik. “Tiap jajaran ditlantas harus
mampu mengembangkan inovasi berupa produk unggulan di bidang pelayanan
seperti Woman Care Day ini,” kata Irjen Joko Susilo di sela-sela serah
terima jabatan Kepala Korps Lalulintas kepada Irjen Puji Hartanto pekan
lalu.
Kalau jajaran lalulintas di Jakarta
telah berhasil ‘menasionalkan’ program layanan SIM Keliling, barangkali
berawal dari Pontianak akan ada layanan khusus buat perempuan yang
kelak juga berlaku di seluruh Indonesia. Dengan begitu, pelayanan SIM
tak melulu berkutat pada persoalan klasik semacam praktik percaloan dan
pungli.
Sumber : Rtmc Polda Kalbar