NTMC – Salah satu momok yang mengganggu kelancaran arus mudik dari tahun ke tahun adalah aktivitas pasar tumpah. Sepanjang jalur Pantura Jawa Barat dan Jawa Tengah, sedikitnya teridentifikasi lebih dari 40 pusat keramaian pasar yang meluber sampai ke jalan.
Berdasarkan
pengamatan di sejumlah pasar tumpah, gangguan terhadap arus lalu lintas
terutama disebabkan oleh melubernya pedagang sampai ke badan jalan. Selain itu,
angkutan umum mulai dari becak hingga angkot juga mangkal (ngetem) semaunya untuk mendapatkan penumpang. Aktivitas semacam ini
meningkat menjelang lebaran.
“Kami akan
menyiapkan rambu-rambu khusus portable
supaya kegiatan pasar tidak mengganggu arus lalu lintas,” kata Kepala Dinas
Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Urip Sihabudin
pertengahan Juli lalu. Ia mengakui, tidak mudah menertibkan pasar tumpah,
karenanya dibutuhkan koordinasi dengan semua pihak terkait, termasuk melibatkan
pemerintah daerah setempat.
“Pasar tumpah
selalu menjadi persoalan klasik setiap kali mudik. Jika pemda tak mampu
menanggulanginya, tentu ini akan menghambat arus kendaraan mudik,” ujar Anggota
Komisi D DPRD Jateng Sasminto.
Secara
terpisah, Direktur Bina Pelaksana Wilayah II Ditjen Bina Marga Kementerian
Pekerjaan Umum (PU) Winarno mengatakan pihaknya selalu berkoordinasi dengan
Kementerian Perhubungan, Pemda, dan Kepolisian setempat untuk mengamankan jalur
mudik dari gangguan aktivitas pasar tumpah.
"Kita
selalu berkoordinasi dengan pemda setempat dan kepolisian. Kemenhub juga ngomong kalau ini harus dikoordinasikan
dengan baik," ungkap Winarno di kantor Kementerian PU, Jakarta, pekan lalu.
Namun, pihak
Kementerian PU secara khusus tidak mengalokasikan dana untuk menertibkan pasar
tumpah ini. "Secara khusus Bina Marga tidak menganggarkan, paling untuk
pemeliharaannya saja. Pascakegiatan pasar tumpah itu, misalnya, bersihkan
selokan dan jalan-jalannya," jelas Winarno.
Winarno
mengakui, pasar tumpah menjadi sumber kemacetan di jalur Pantura.
"Bahkan di hari-hari biasa menimbulkan kemacetan. Bayangkan, jalur yang seharusnya tujuh meter tinggal tersisa tiga atau empat meter," tegasnya.
"Bahkan di hari-hari biasa menimbulkan kemacetan. Bayangkan, jalur yang seharusnya tujuh meter tinggal tersisa tiga atau empat meter," tegasnya.
Tahun-tahun
lalu, salah satu upaya pemerintah daerah menertibkan pasar tumpah di wilayah
masing-masing antara lain dengan membagikan ‘THR’ kepada penarik becak yang
biasa mangkal di lokasi pasar tumpah. Bupati Cirebon Dedi Supardi, misalnya,
membagikan amplop masing-masing berisi uang Rp 50 ribu kepada 1.800 tukang
becak seraya berpesan agar selama arus mudik mereka tidak mangkal di pinggir
jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas.
Langkah memberikan
santunan kepada tukang becak, tahun lalu juga dilakukan Bupati Indramayu Anna
Sophanah. “Sejak H-2 hingga arus balik, penarik becak tidak boleh mangkal di
pasar-pasar, sebagai gantinya kami berikan santunan,” kata Anna Sophanah. Untuk
membantu melancarkan arus lalu lintas di sekitar pasar tumpah, pemuda yang
tergabung dalam berbagai ormas juga dilibatkan.
Cirebon dan
Indramayu adalah dua wilayah di jalur Pantura Jawa Barat yang memiliki jumlah
pasar tumpah terbanyak dibanding wilayah lain, seperti Karawang, Subang,
Brebes, Tegal, dan Kendal. Di Indramayu, terdapat belasan pasar yang aktivitas
jual belinya meluber sampai ke jalan, antara lain Pasar Sukra, Patrol, Bugel, Eretan
Wetan, Parean, Cilet Kandanghaur, Losarang, Bangkir, Karangampel, Kertasemaya,
dan sebagainya.
Kapolres
Indramayu AKBP Rudi Setiawan berjanji akan menertibkan tukang-tukang becak yang
pada puncak arus mudik masih mangkal di sekitar pasar-pasar. Juga pedagang yang
berjualan sampai ke badan jalan. “Mereka (tukang becak) sudah mendapatkan
santunan,” katanya seraya berjanji menambahkan jumlah personil untuk mengatur
lalu lintas di sekitar pasar tumpah.
Sedangkan di
wilayah Cirebon, sedikitnya terdapat 17 pasar tumpah. Tujuh lokasi yang berdasarkan
pengalaman menimbulkan kemacetan parah, yaitu Pasar Celancang (Jumat),
Tegalgubug (Selasa dan Sabtu), Palimanan (Minggu), Plered (setiap hari), Kue
Weru (setiap hari), Mundu, Gebang, dan sebagainya.
Sementara
itu di jalur tengah ruas Bandung-Cirebon, sedikitnya terdapat enam lokasi pasar
tumpah, yaitu di Sumedang: Pasar Tanjung Sari, di Majalengka: Pasar Cimalaka,
Kadipaten, Jatiwangi, Cibolerang, Pasar Sandang Prapatan (Senin dan Kamis).
Selepas
wilayah Jawa Barat, arus mudik masih akan tersendat oleh aktivitas pasar tumpah
di wilayah Brebes, Tegal, Pemalang, Batang, hingga Kendal. Meski jumlahnya
tidak sebanyak di jalur Indramayu-Cirebon. Beberapa wilayah seperti Pemalang,
Batang, dan Kendal memiliki jalur alternatif untuk mengarahkan pemudik
menghindar dari kemacetan akibat pasar tumpah.
LOKASI PASAR TUMPAH
Karawang: Pasar Johar
Purwakarta: Pasar Cikampek
Subang:
1.
Pasar
Sukamandi
2.
Pasar
Ciasem
3.
Pasar
Pusaka Negara
Indramayu:
1.
Pasar
Sukra
2.
Pasar
Patrol
3.
Pasar
Bugel
4.
Pasar
Eretan Wetan (Indramayu)
5.
Pasar
Parean, Cilet (Kandang Haur)
6.
Pasar
Losarang
7.
Pasar
Bangkir
8.
Pasar
Karangampel
9.
Pasar
Kertasemaya
Cirebon:
1.
Pasar
Tegal Gubug
2.
Pasar
Jambang
3.
Pasar
Minggu
4.
Pasar
Plered
5.
Pasar
Kuwe Weru
6.
Pasar
Bangkir
7.
Pasar
Karangampel
8.
Pasar
Celancang
9.
Pasar
Mundu
10. Pasar Gebang
Sumedang: Pasar Tanjung Sari
Majalengka:
1.
Pasar
Cimalaka
2.
Pasar
Kadipaten
3.
Pasar
Jatiwangi
4.
Pasar
Cibolerang
5.
Pasar
Sandang Prapatan
Brebes:
1.
Pasar
Losari
2.
Pasar
Klampok
3.
Pasar
Bulakamba
4.
Pasar
Induk Bawang
Tegal:
1.
Pasar
Krandon
2.
Pasar
Surodadi
Pemalang: Pasar Pemalang
Batang: Pasar Batang
Kendal:
1.
Pasar
Cepiring
Pasar
Kendal.