Rekayasa Lalu Lintas Koridor Jensud Perlu Dikaji

10:05
 

Pengaturan lalu lintas di koridor Jalan Jenderal Sudirman (Jensud), dinilai perlu dikaji ulang. Sebab, setelah pembatas jalan dibongkar, rawan terjadi pelanggaran arus lalu lintas di kawasan tersebut.

Penutupan perempatan yang menghubungkan Jalan Mayor Kusmanto (Telkom) dengan Jalan Ronggowarsito (Bank Indonesia) juga dinilai tidak tepat, karena berpotensi menimbulkan kemacetan di bundaran Gladag dan bundaran depan Balai Kota.

Wakil Ketua DPRD Surakarta Supriyanto menilai, rekayasa lalu lintas di koridor Jensud kurang dikaji secara cermat. "Mestinya sebelum diterapkan, ada kajian yang cermat," katanya.

Dari pengamatannya, sejumlah pengendara jalan kerap melanggar garis marka jalan. Mereka mudah melanggar garis marka, karena tidak adanya pembatas antara lajur lalu lintas ke arah utara dan selatan. Sering juga pengguna kendaraan memutar arah tanpa melewati bundaran Gladag atau bundaran Balai Kota, yang merupakan titik putar balik kendaraan di Jensud.

"Penutupan perempatan Telkom, juga sering menyebabkan kemacetan di bundaran Gladag. Sebab bundaran itu menjadi titik pertemuan kendaraan dari arah timur di Jalan Mayor Sunaryo," jelasnya.

Dia berharap, ada kajian ulang terhadap rekayasa lalu lintas di koridor Jensud, agar ke depan tidak terjadi lagi penumpukan kendaraan di sejumlah titik. Di tengah ruas jalan juga perlu dipasangi pembatas, agar tidak ada lagi pelanggaran garis marka.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Yosca Herman Soedrajad mengatakan, rekayasa lalu lintas di koridor Jensud sudah tepat. Ditutupnya perempatan, berdampak pada kelancaran kendaraan dalam melintasi Jensud karena tidak perlu berhenti di persimpangan.

"Kalau dulu lewat Jensud, bisa butuh waktu 5 sampai 10 menit karena ada persimpangan. Kalau sekarang hanya 3 menit. Sudah kami hitung," tuturnya.

Mengenai penumpukan kendaraan di bundaran, itu tidak lepas dari banyaknya kendaraan yang melintas. Terlebih, model ruas jalan di Solo banyak persimpangan. "Ya kami sudah berusaha meminimalisir. Tapi kalau untuk menghilangkan seratus persen, tidak bisa. Ya karena jumlah kendaraannya memang banyak," tandasnya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »