Pengaturan lalu lintas di koridor Jalan Jenderal Sudirman (Jensud),
dinilai perlu dikaji ulang. Sebab, setelah pembatas jalan dibongkar,
rawan terjadi pelanggaran arus lalu lintas di kawasan tersebut.
Penutupan
perempatan yang menghubungkan Jalan Mayor Kusmanto (Telkom) dengan
Jalan Ronggowarsito (Bank Indonesia) juga dinilai tidak tepat, karena
berpotensi menimbulkan kemacetan di bundaran Gladag dan bundaran depan
Balai Kota.
Wakil Ketua DPRD Surakarta Supriyanto menilai,
rekayasa lalu lintas di koridor Jensud kurang dikaji secara cermat.
"Mestinya sebelum diterapkan, ada kajian yang cermat," katanya.
Dari
pengamatannya, sejumlah pengendara jalan kerap melanggar garis marka
jalan. Mereka mudah melanggar garis marka, karena tidak adanya pembatas
antara lajur lalu lintas ke arah utara dan selatan. Sering juga pengguna
kendaraan memutar arah tanpa melewati bundaran Gladag atau bundaran
Balai Kota, yang merupakan titik putar balik kendaraan di Jensud.
"Penutupan
perempatan Telkom, juga sering menyebabkan kemacetan di bundaran
Gladag. Sebab bundaran itu menjadi titik pertemuan kendaraan dari arah
timur di Jalan Mayor Sunaryo," jelasnya.
Dia berharap, ada kajian
ulang terhadap rekayasa lalu lintas di koridor Jensud, agar ke depan
tidak terjadi lagi penumpukan kendaraan di sejumlah titik. Di tengah
ruas jalan juga perlu dipasangi pembatas, agar tidak ada lagi
pelanggaran garis marka.
Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika (Dishubkominfo) Yosca Herman Soedrajad mengatakan, rekayasa
lalu lintas di koridor Jensud sudah tepat. Ditutupnya perempatan,
berdampak pada kelancaran kendaraan dalam melintasi Jensud karena tidak
perlu berhenti di persimpangan.
"Kalau dulu lewat Jensud, bisa
butuh waktu 5 sampai 10 menit karena ada persimpangan. Kalau sekarang
hanya 3 menit. Sudah kami hitung," tuturnya.
Mengenai penumpukan
kendaraan di bundaran, itu tidak lepas dari banyaknya kendaraan yang
melintas. Terlebih, model ruas jalan di Solo banyak persimpangan. "Ya
kami sudah berusaha meminimalisir. Tapi kalau untuk menghilangkan
seratus persen, tidak bisa. Ya karena jumlah kendaraannya memang
banyak," tandasnya.