Jakarta - Pembangunan underpass maupun flyover tak cukup untuk mengatasi kemacetan di jalan tak sebidang yang merupakan perlintasan kereta api (KA). PT KA disarankan membangun jalur kereta layang untuk menghindari kemacetan lalu lintas di Ibukota.
“Daripada membangun underpass dan flyover, lebih baik bangun jalan layang khusus kereta. Membangun jalan layang khusus kereta jauh lebih murah dan tidak menganggu lintasan kendaraan dan orang,” ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono.
Namun, untuk menekan risiko penumpukan kendaraan di pintu-pintu perlintasan kereta api, Pemprov DKI tetap berrencana membangun underpass. Namun rencana itu tak bisa dilakukan di semua titik.
“Jadi saya sarankan lebih baik bangun jalan layang saja. Tidak perlu pembebasan lahan untuk membangun jalana layang. Ini yang menjadi masalah utama selama ini. Lagipula tidak semua perlintasan kereta bisa dibangun underpass karena lokasinya sempit,” tuturnya.
Persiapan menjelang peningkatan head way kereta api awal bulan depan menjadi 7 menit, Dishub DKI akan mengoptimalkan petugas yang ada di setiap pintu perlintasan. Sirene di plang pintu perlintasan akan diaktifkan untuk menghindari kecelakaan lalu lintas maupun orang yang menyeberang.
Pristono berharap dengan peningkatan head way nanti masyarakat pengguna kendaraan pribadi semakin berkurang dan beralih menggunakan kereta. Pengurangan penggunaan kendaraan pribadi juga akan mengurangi tumpukan kendaraan juga di perlintasan kereta.
Pemprov DKI tahun ini rencananya akan membangun underpass di Jalan Cendrawasih Kebayoran Lama, Jalan Kartini Cilandak, di Jalan Garuda Kemayoran, Jalan Industri dan Jalan Permata Hijau. Sedangkan flyover di Jalan Gunung Sahari Mangga Dua, Jalan Halimun, Jalan Madiun, dan Jalan Cik di Tiro.
Khusus lahan yang belum dibebaskan yaitu Jalan Percetakan Negara, Bintaro, Kampung Bandan, Cipinang Lontar, dan Jalan Panjang Jakarta Barat.