Jakarta
dikenal sebagai kota yang tak pernah tidur. Intensitas aktivitas
masyarakat di ibukota dianggap paling tinggi dibanding kota lainnya.
Sayang, pemerintah provinsi (Pemprov) DKI belum bisa menjamin keamanan
angkutan, khususnya di malam hari. Ancaman kriminalitas di malam hari
masih membayangi warga ibukota.
Hingga lewat pukul 00.00 WIB (tengah
malam) di beberapa wilayah di Jakarta masih banyak masyarakat yang
beraktivitas. Mereka umumnya para pekerja yang pulang. Seperti Rido,
seorang warga Depok yang ditemui di Persimpangan Slipi, Palmerah,
Jakarta Barat. Ia mengaku bekerja di sebuah restoran pada pusat
perbelanjaan yang tutup hingga lewat tengah malam. Mau tak mau hampir
setiap hari ia harus juga pulang sekitar pukul 02.00 WIB.
Meski sudah biasa pulang seperti ini (lewat tengah malam), kadang ada juga perasaan khawatir. Maklum, namanya juga Jakarta, kejahatan nggak kenal waktu, malam juga kalau ada niat dan kesempatan siapa saja bisa jadi korban, ujarnya.
Rido setiap pulang maupun pergi bekerja selalu menggunakan transportasi umum. Menurutnya, transportasi umum di Jakarta memang mudah saat waktu-waktu biasa.
Namun saat lewat tengah malam, ungkapnya, amat sulit mencari transportasi umum. Kalaupun ada, biasanya bukan kendaraan resmi sesuai trayek yang seharusnya. Tarifnya juga lebih mahal dari waktu biasa, ungkapnya.
Benar saja, dari penelusuran Rakyat Merdeka, ternyata transportasi umum dari arah Grogol menuju Cawang yang melewati Slipi bukanlah kendaraan yang sesuai trayeknya. Mikrolet yang berhenti mencari penumpang justru kendaraan yang memiliki trayek di Jakarta Timur.
Supir mobil minibus berwarna merah ini mengaku sudah biasa mengambil trayek yang memang bukan seharusnya pada waktu lewat tengah malam. Ia mengaku bisa sampai tiga kali bolak-balik melewati `trayek barunya` itu.
Kita bayar, istilahnya uang trayek untuk bisa ngambil penumpang di trayek ini. Lumayan juga hasilnya karena penumpang jam-jam begini masih banyak, ungkapnya.
Anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan, pemerintah daerah (pemda) setempat harus merespon kebutuhan masyarakat akan kebutuhan transportasi pada malam hari. Menurutnya, selain sebagai kewajiban pemda yang diatur dalam undang-undang, penyediaan angkutan pada malam hari juga bisa menjadi bisnis bagi para operator swasta.
Selain di Jakarta yang masyarakatnya pasti sangat butuhkan transportasi malam, wilayah di sekitarnya seperti Bogor. Depok, Tangerang dan Bekasi juga harus merespons dengan menyediakan transportasi malam yang menghubungkan masyarakat dari Jakarta, ujarnya.
Selain hal tersebut, Tulus juga mengingatkan pentingnya faktor keamanan penumpang. Ia menilai perlunya menambah pengamanan di sejumlah titik strategis lokasi berkumpulnya para penumpang saat lewat tengah malam. Seperti diketahui, aksi kriminalitas di angkutan umum biasanya terjadi pada waktu malam hari dan biasanya yang menjadi korban adalah perempuan. Kalau perlu ada petugas keamanan di dalam angkutan umum, tandasnya.
Sebagai informasi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga berencana mengoperasikan bus Trasnsjakarta 24 jam. Hal itu dilakukan sebagai peningkatan pelayanan Transjakarta, selain terus menambah jumlah armada dan koridor, jam operasional bus Transjakarta juga akan ditambah menjadi 24 jam sehari. Dengan penambahan jam operasional ini, diharapkan dapat mengakomodir warga Jakarta yang beraktivitas dengan waktu yang tidak terbatas.
Transjakarta Bakal 24 Jam
Pengguna transportasi massal, khususnya penumpang bus Transjakarta akan dimanjakan dengan peningkatan layanan operasional. Rencananya, bus Transjakarta di seluruh koridor akan beroperasi 24 jam.
Namun, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, pemberlakuan bus Transjakarta 24 jam masih harus menunggu karena perbaikan bus-bus yang rusak.
"Nunggu, nunggu, nunggu, nunggu. Bus yang kemarin rusak itu diperbaiki, selesainya kira-kira 2-3 bulan. Di situ nanti buat yang malam hari pada jalur-jalur tertentu. Saya nggak hapal," ujarnya.
Untuk keamanan layanan operasional 24 jam itu, Jokowi juga akan menempatkan Satpol PP. "Didampingi Satpol PP bisa, atau keamanan dari Transjakarta. Bisa lah, banyak pasti didampingi," janjinya.
Jokowi menuturkan, saat ini ada sekitar 30 bus yang sedang dalam perbaikan karena kondisinya sudah tidak layak. "Termasuk yang lama tidak dioperasionalkan dulu.
Kalau kondisinya sudah baik, dioperasionalkan malam hari," jelasnya.
Humas Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta Sri Ulina mengatakan, rencana penerapan operasional bus Transjakarta hingga 24 jam terus dimatangkan dengan mempersiapkan armada bus, pramudi dan penjaga tiket serta personil keamanan baik di halte maupun di dalam bus.
Selain itu kita juga harus memperhitungkan efisiensi biaya operasional jika ada jam tambahan. Pasalnya, biaya untuk penambahan operasional ini cukup besar," katanya.
Namun, untuk koridor mana saja yang berlaku 24 jam, pihaknya masih memperhitungkannya. Begitu juga soal waktu penerapannya. Sri menegaskan, rencana penambahan jam operasional bus Transjakarta sebenarnya bukan rencana baru.
"Kami sudah merencanakan ini sejak lama, namum pelaksanaan dan realisasinya belum bisa diterapkan karena beberapa hambatan, terutama efisiensi dana. Pemprov DKI Jakarta saat ini memang sedang gencar ingin meningkatkan pelayanan transportasi massal, supaya masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal, jadi wajib kita dukung," tandasnya.
Meski sudah biasa pulang seperti ini (lewat tengah malam), kadang ada juga perasaan khawatir. Maklum, namanya juga Jakarta, kejahatan nggak kenal waktu, malam juga kalau ada niat dan kesempatan siapa saja bisa jadi korban, ujarnya.
Rido setiap pulang maupun pergi bekerja selalu menggunakan transportasi umum. Menurutnya, transportasi umum di Jakarta memang mudah saat waktu-waktu biasa.
Namun saat lewat tengah malam, ungkapnya, amat sulit mencari transportasi umum. Kalaupun ada, biasanya bukan kendaraan resmi sesuai trayek yang seharusnya. Tarifnya juga lebih mahal dari waktu biasa, ungkapnya.
Benar saja, dari penelusuran Rakyat Merdeka, ternyata transportasi umum dari arah Grogol menuju Cawang yang melewati Slipi bukanlah kendaraan yang sesuai trayeknya. Mikrolet yang berhenti mencari penumpang justru kendaraan yang memiliki trayek di Jakarta Timur.
Supir mobil minibus berwarna merah ini mengaku sudah biasa mengambil trayek yang memang bukan seharusnya pada waktu lewat tengah malam. Ia mengaku bisa sampai tiga kali bolak-balik melewati `trayek barunya` itu.
Kita bayar, istilahnya uang trayek untuk bisa ngambil penumpang di trayek ini. Lumayan juga hasilnya karena penumpang jam-jam begini masih banyak, ungkapnya.
Anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi mengatakan, pemerintah daerah (pemda) setempat harus merespon kebutuhan masyarakat akan kebutuhan transportasi pada malam hari. Menurutnya, selain sebagai kewajiban pemda yang diatur dalam undang-undang, penyediaan angkutan pada malam hari juga bisa menjadi bisnis bagi para operator swasta.
Selain di Jakarta yang masyarakatnya pasti sangat butuhkan transportasi malam, wilayah di sekitarnya seperti Bogor. Depok, Tangerang dan Bekasi juga harus merespons dengan menyediakan transportasi malam yang menghubungkan masyarakat dari Jakarta, ujarnya.
Selain hal tersebut, Tulus juga mengingatkan pentingnya faktor keamanan penumpang. Ia menilai perlunya menambah pengamanan di sejumlah titik strategis lokasi berkumpulnya para penumpang saat lewat tengah malam. Seperti diketahui, aksi kriminalitas di angkutan umum biasanya terjadi pada waktu malam hari dan biasanya yang menjadi korban adalah perempuan. Kalau perlu ada petugas keamanan di dalam angkutan umum, tandasnya.
Sebagai informasi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga berencana mengoperasikan bus Trasnsjakarta 24 jam. Hal itu dilakukan sebagai peningkatan pelayanan Transjakarta, selain terus menambah jumlah armada dan koridor, jam operasional bus Transjakarta juga akan ditambah menjadi 24 jam sehari. Dengan penambahan jam operasional ini, diharapkan dapat mengakomodir warga Jakarta yang beraktivitas dengan waktu yang tidak terbatas.
Transjakarta Bakal 24 Jam
Pengguna transportasi massal, khususnya penumpang bus Transjakarta akan dimanjakan dengan peningkatan layanan operasional. Rencananya, bus Transjakarta di seluruh koridor akan beroperasi 24 jam.
Namun, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menegaskan, pemberlakuan bus Transjakarta 24 jam masih harus menunggu karena perbaikan bus-bus yang rusak.
"Nunggu, nunggu, nunggu, nunggu. Bus yang kemarin rusak itu diperbaiki, selesainya kira-kira 2-3 bulan. Di situ nanti buat yang malam hari pada jalur-jalur tertentu. Saya nggak hapal," ujarnya.
Untuk keamanan layanan operasional 24 jam itu, Jokowi juga akan menempatkan Satpol PP. "Didampingi Satpol PP bisa, atau keamanan dari Transjakarta. Bisa lah, banyak pasti didampingi," janjinya.
Jokowi menuturkan, saat ini ada sekitar 30 bus yang sedang dalam perbaikan karena kondisinya sudah tidak layak. "Termasuk yang lama tidak dioperasionalkan dulu.
Kalau kondisinya sudah baik, dioperasionalkan malam hari," jelasnya.
Humas Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta Sri Ulina mengatakan, rencana penerapan operasional bus Transjakarta hingga 24 jam terus dimatangkan dengan mempersiapkan armada bus, pramudi dan penjaga tiket serta personil keamanan baik di halte maupun di dalam bus.
Selain itu kita juga harus memperhitungkan efisiensi biaya operasional jika ada jam tambahan. Pasalnya, biaya untuk penambahan operasional ini cukup besar," katanya.
Namun, untuk koridor mana saja yang berlaku 24 jam, pihaknya masih memperhitungkannya. Begitu juga soal waktu penerapannya. Sri menegaskan, rencana penambahan jam operasional bus Transjakarta sebenarnya bukan rencana baru.
"Kami sudah merencanakan ini sejak lama, namum pelaksanaan dan realisasinya belum bisa diterapkan karena beberapa hambatan, terutama efisiensi dana. Pemprov DKI Jakarta saat ini memang sedang gencar ingin meningkatkan pelayanan transportasi massal, supaya masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal, jadi wajib kita dukung," tandasnya.