29 SEPTEMBER: MEMBACA MOMENTUM BESAR SEJARAH POLRI

04:14

NTMCPOLRI – Di balik perkembangan Polri di masa skarang, mari sejenak kita merefleksikan diri dan menengok sebuah momentum besar yang bersejarah untuk semangat perjuangan instansi Polri di atas Republik Indonesia.

Terkait bertepatan dengan perayaan HKGB ke-64 yang digelar ibu Bhayangkari pada tanggal 29 September, pernahkah kita mengetahui di tanggal tersebut pernah terjadi sebuah momentum besar bersejarah di tubuh Polri. Momentum sejarah apakah yang terjadi di instansi Polri??

Ya, tentunya kita masih mengingat pada sosok Polisi sederhana nan jujur yang tak asing lagi di jajaran Kepolisian Republik Indonesia. Tanggal 29 September menjadi tanggal penting karena pada 29 September 1945 bagi instansi Polri dalam hal mengukir sejarah dari sosok Komisaris Jenderal Pol Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo. Ia dinobatkan sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) pertama yang dulunya bernama Kepala Djawatan Kepolisian Negara.

Komisaris Jenderal Pol Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, pria kelahiran Kampung Sawah Bogor, Jawa Barat, 7 Juni 1908 tersebut mengabdikan dirinya menjadi Kapolri sejak 29 September 1945 hingga 14 Desember 1959. R.S Soekanto yang dikenal sebagai bapak Polisi yang jujur dan sederhana meninggal dunia pada usia 85 tahun di RS Polri Kramatjati Jakarta Timur, Selasa malam 24 Agustus 1993. Sebelumnya beliau telah menjalani perawatan sekitar empat bulan akibat sakit yang dideritanya.

Beliau menikah dengan Hadidjah Lena Mokoginta, anak Raja Bolaang Mongondow, pada 21 April 1932 di Selabintana, Sukabumi dan dikarunia seorang putri, Ny Umi Khalsum Arimbi dan dua orang cucu, Nanda dan Mena.

Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo memang telah tiada, tetapi sosok beliau tetap melekat di tubuh Polri. Soekanto adalah potret Polisi yang “langka” untuk ukuran masa kini tetapi tetap menjadi inspirasi bagi anggota Polri. Ketika menjabat Kapolri (1945-1959), ia dikenal sebagai sosok yang jujur dan sederhana. Bahkan sampai akhir hayatnya pun, peletak dasar-dasar kepolisian ini hanya memiliki sebuah rumah sederhana di kompleks Polri Ragunan, Pasarminggu, Jakarta Selatan. Ketika pensiun, Soekanto bahkan tinggal di rumah sewa di Jl Pengangsaan Timur No 43 Jakpus.

Sosok beliau memanglah sangat disegani dan memiliki kharisma yang besar terhadap semua jajaran Polri. Soekanto pantas disebut sebagai Bapak Kepolisian Indonesia. Namanya kini terukir untuk dijadikan sebuah Nama RS. Bhayangkara Polri Soekanto Di Kramatjati, Jakarta Timur.

Sosok beliau memiliki peran besar dalam pembangunan instansi Polri. Salah satu buah karyanya yakni mendirikan Akpol Mertoyudan yang kini menjadi PTIK. Sebagai Kepala Kepolisian Negara yang pertama, Soekanto memiliki gagasan agar kepolisian berdiri sendiri di dalam satu kementerian agar bisa independen, profesional, serta tidak diintervensi oleh politik.

Cita-cita R.S. Soekanto adalah menyamakan persepsi yang sifatnya visioner sesuai dengan misi Polri sebagai penegak hukum, pengayom, dan pelindung masyarakat. Dengan kata lain polisi menjadi otonom untuk mengatur dan membangun dirinya. Dan ini merupakan ciri atau karakter dari seorang profesional.

Baginya, titik berat tugas tugas seorang polisi semestinya pada segi pencegahan, sesuai dengan prinsip polisi modern. Soekanto juga menekankan dispilin tugas yang tinggi. Selain itu, ia juga membangun Korps Kepolisian negara yang dihormati serta disegani oleh masyarakat bukan karena persenjataannya, melainkan karena watak dan kepribadiannya.

“Jangan mengeluhkan tugas yang diemban“. Penggalan Kutipan R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo dalam buku museum Polri 2009.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »