Warga Desak TPL Perbaiki Jalan Rusak

17:41
 
PORSEA - Sejumlah warga Pangombusan dan Banjar Ganjang, Kecamatan Parmaksian, Toba Samosir mendesak PT TPL agar segera memperbaiki jalan mulai dari Desa Sirait Uruk hingga Desa Sosor Ladang yang kondisinya rusak parah. Warga menuding kerusakan jalan tersebut akibat truk-truk mitra TPL. “Kenapa sampai sekarang jalan ini tidak diperbaiki? Sebenarnya apa maksud TPL ini.

Kita menagih janji manejemen perusahaan itu yang menyatakan akan memperbaikinya segera. Janji manajemen PT TPL tersebut dikatakan dalam pertemuan warga beberapa desa dari Kecamatan Parmaksian dengan pihak PT TPL di Aula Kecamatan Parmaksian, Rabu (29/8) lalu,” kata Eduard Sitorus (48) warga Sosor Ladang ketika ditemui METRO dalam pertemuan beberapa warga, untuk menyatukan persepsi meminta pertanggungjawaban PT TPL di Desa Banjar Ganjang, Senin(10/9).

Eduard menambahkan, Jumat lalu seorang warga Desa Lumban Huala jatuh dari sepedamotornya karena masuk lubang di tengah jalan. Warga tersebut lalu masuk rumah sakit. Sementara itu, Op Dodi Manurung (72) warga Banjar Ganjang mengaku rumahnya retak-retak akibat getaran truk mitra PT TPL.  “Jantung saya mau copot jika truk TPL lewat. Getarannya sangat kuat,” kata Op Dodi, jengkel.

Sementara itu Camat Parmaksian Alfaret Manurung yang dikonfirmasi METRO, kemarin (10/9) mengatakan, pihaknya juga mendesak PT TPL agar memenuhi janjinya yang akan memperbaiki segera jalan rusak tersebut.  “Saya juga mendesak mereka (TPL) untuk memperbaiki jalan. Katanya lagi dalam proses tender,” kata Camat. Direktur PT TPL Leo Hutabarat ketika dikonfirmasi METRO melalui telepon selulernya, kemarin (10/9) mengatakan, pihaknya saat ini sedang mengadakan proses tender untuk memperbaiki jalan tersebut. Namun ketika dipertanyakan tentang kecelakaan yang dialami warga baru-baru ini, Leo menyangkal.  “Enggak ada itu,” ujar Leo yang mengaku saat dihubungi sedang berada di luar Tobasa.
Sebelumnya, Humas PT TPL Lambertus Siregar saat dihubungi melalui ponselnya, Jumat (31/8), mengaku tidak yakin kerusakan rumah warga tersebut akibat truk mitra TPL.  “Belum ada laporan seperti itu ke kita. Untuk hal-hal seperti itu perlu teliti. Jangan jadi memicu banyak hal, kita tidak yakin akan hal itu,” kata Lambertus. (brams)
Diserobot TPL

Tidak hanya lahan pertanian warga Nagori Pondok Bulu, Kecamatan Dolok Pangribuan, Simalungun yang diserobot PT Toba Pulb Lestari (TPL) sektor Aek Nauli. Lahan pertanian warga Nagori Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik juga ikut diserobot PT TPL. Perusahaan penghasil pulp (bubur kertas) itu, selalu mengandalkan aparat dalam hal penyerobotan lahan masyarakat.  Salah seorang warga Nagori Sihaporas, J Ambarita mengatakan, sudah seribuan hektare lahan pertanian warga yang diserobot PT TPL. Cara PT TPL menyerobot lahan pertanian warga adalah dengan menyemprotkan racun. Setelah itu membakar seluruh tanaman yang sudah kering akibat disemprot racun.

“Kalau masyarakat menanyakan langsung kepada petugas lapangan PT TPL kenapa lahan pertanian masyarakat diracun dan dibakar, para pekerjanya menjawab sudah perintah atasan. Kalau kami masyarakat melakukan perlawanan, kami dibentrokkan dengan aparat dan alat berat,” ujar Ambarita, Senin (10/9).  Ambarita mengutarakan, sampai sekarang PT TPL masih tetap melakukan penyerobotan lahan pertanian warga. Maka tak heran ketika tumbuh pohon eucalyptus di dekat ladang atau pemukiman warga.

“Untung-untung rumah warga tidak diratakan dengan tanah lalu ditanami pohon eucalyptus. Kami sangat setuju ketika sudah ada yang memulai melakukan perlawanan terhadap perusahaan besar tersebut. Kami masyarakat Nagori Sihaporas sangat mendukungnya,” tegas Ambarita.  Lebih lanjut, kata Ambarita, warga Nagori Sihaporas juga tidak akan diam saja ketika warga sekitar TPL melakukan perlawanan. Sejak mendengar dan membaca di media cetak soal gejolak penyerobotan lahan oleh TPL, masyarakat langsung menggelar rapat mendukung perlawanan tersebut.

“Kami inginkan juga PT TPL tutup. Kembalikan lahan pertanian masyarakat. Diharapkan seluruh masyarakat yang merasa dirugikan akibat kehadiran PT TPL supaya menyatukan kekuatan menolak TPL. Kita yakin masyarakat pasti menang kalau bersatu,” tukasnya.  Terpisah, kordinator Sahabat Lingkungan (Saling) Siantar-Simalungun, Johannes Sembiring mengatakan, masyarakat akan terus melakukan perlawanan menolak keberadaan PT TPL di Kabupaten Simalungun. Sejak adanya PT TPL masyarakat sangat sengsara, karena lahan pertaniannya diserobot. Aliran anak sungai yang berada di lokasi penanaman kayu PT TPL ditimbun. Padahal aliran anak sungai itu merupakan sumber air utama untuk pertanian masyarakat.  “PT TPL harus bertanggung jawab. Konsekuensinya PT TPL harus tutup. Harga mati untuk TPL harus tutup. Kita akan membuka posko tolak TPL,” tegas Johannes Sembiring didampingi pengurus Saling dan pembinanya Rado Damanik

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »