PORSEA - Sejumlah warga
Pangombusan dan Banjar Ganjang, Kecamatan Parmaksian, Toba Samosir
mendesak PT TPL agar segera memperbaiki jalan mulai dari Desa Sirait
Uruk hingga Desa Sosor Ladang yang kondisinya rusak parah. Warga
menuding kerusakan jalan tersebut akibat truk-truk mitra TPL. “Kenapa
sampai sekarang jalan ini tidak diperbaiki? Sebenarnya apa maksud TPL
ini.
Kita menagih janji manejemen perusahaan itu yang menyatakan akan
memperbaikinya segera. Janji manajemen PT TPL tersebut dikatakan dalam
pertemuan warga beberapa desa dari Kecamatan Parmaksian dengan pihak PT
TPL di Aula Kecamatan Parmaksian, Rabu (29/8) lalu,” kata Eduard Sitorus
(48) warga Sosor Ladang ketika ditemui METRO dalam pertemuan beberapa
warga, untuk menyatukan persepsi meminta pertanggungjawaban PT TPL di
Desa Banjar Ganjang, Senin(10/9).
Eduard menambahkan, Jumat lalu seorang warga Desa Lumban Huala jatuh
dari sepedamotornya karena masuk lubang di tengah jalan. Warga tersebut
lalu masuk rumah sakit. Sementara itu, Op Dodi Manurung (72) warga
Banjar Ganjang mengaku rumahnya retak-retak akibat getaran truk mitra PT
TPL. “Jantung saya mau copot jika truk TPL lewat. Getarannya sangat
kuat,” kata Op Dodi, jengkel.
Sementara itu Camat Parmaksian Alfaret Manurung yang dikonfirmasi
METRO, kemarin (10/9) mengatakan, pihaknya juga mendesak PT TPL agar
memenuhi janjinya yang akan memperbaiki segera jalan rusak tersebut.
“Saya juga mendesak mereka (TPL) untuk memperbaiki jalan. Katanya lagi
dalam proses tender,” kata Camat. Direktur PT TPL Leo Hutabarat ketika
dikonfirmasi METRO melalui telepon selulernya, kemarin (10/9)
mengatakan, pihaknya saat ini sedang mengadakan proses tender untuk
memperbaiki jalan tersebut. Namun ketika dipertanyakan tentang
kecelakaan yang dialami warga baru-baru ini, Leo menyangkal. “Enggak
ada itu,” ujar Leo yang mengaku saat dihubungi sedang berada di luar
Tobasa.
Sebelumnya, Humas PT TPL Lambertus Siregar saat dihubungi melalui
ponselnya, Jumat (31/8), mengaku tidak yakin kerusakan rumah warga
tersebut akibat truk mitra TPL. “Belum ada laporan seperti itu ke kita.
Untuk hal-hal seperti itu perlu teliti. Jangan jadi memicu banyak hal,
kita tidak yakin akan hal itu,” kata Lambertus. (brams)
Diserobot TPL
Tidak hanya lahan pertanian warga Nagori Pondok Bulu, Kecamatan Dolok Pangribuan, Simalungun yang diserobot PT Toba Pulb Lestari (TPL) sektor Aek Nauli. Lahan pertanian warga Nagori Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik juga ikut diserobot PT TPL. Perusahaan penghasil pulp (bubur kertas) itu, selalu mengandalkan aparat dalam hal penyerobotan lahan masyarakat. Salah seorang warga Nagori Sihaporas, J Ambarita mengatakan, sudah seribuan hektare lahan pertanian warga yang diserobot PT TPL. Cara PT TPL menyerobot lahan pertanian warga adalah dengan menyemprotkan racun. Setelah itu membakar seluruh tanaman yang sudah kering akibat disemprot racun.
“Kalau masyarakat menanyakan langsung kepada petugas lapangan PT TPL
kenapa lahan pertanian masyarakat diracun dan dibakar, para pekerjanya
menjawab sudah perintah atasan. Kalau kami masyarakat melakukan
perlawanan, kami dibentrokkan dengan aparat dan alat berat,” ujar
Ambarita, Senin (10/9). Ambarita mengutarakan, sampai sekarang PT TPL
masih tetap melakukan penyerobotan lahan pertanian warga. Maka tak heran
ketika tumbuh pohon eucalyptus di dekat ladang atau pemukiman warga.
“Untung-untung rumah warga tidak diratakan dengan tanah lalu ditanami
pohon eucalyptus. Kami sangat setuju ketika sudah ada yang memulai
melakukan perlawanan terhadap perusahaan besar tersebut. Kami masyarakat
Nagori Sihaporas sangat mendukungnya,” tegas Ambarita. Lebih lanjut,
kata Ambarita, warga Nagori Sihaporas juga tidak akan diam saja ketika
warga sekitar TPL melakukan perlawanan. Sejak mendengar dan membaca di
media cetak soal gejolak penyerobotan lahan oleh TPL, masyarakat
langsung menggelar rapat mendukung perlawanan tersebut.
“Kami inginkan juga PT TPL tutup. Kembalikan lahan pertanian
masyarakat. Diharapkan seluruh masyarakat yang merasa dirugikan akibat
kehadiran PT TPL supaya menyatukan kekuatan menolak TPL. Kita yakin
masyarakat pasti menang kalau bersatu,” tukasnya. Terpisah, kordinator
Sahabat Lingkungan (Saling) Siantar-Simalungun, Johannes Sembiring
mengatakan, masyarakat akan terus melakukan perlawanan menolak
keberadaan PT TPL di Kabupaten Simalungun. Sejak adanya PT TPL
masyarakat sangat sengsara, karena lahan pertaniannya diserobot. Aliran
anak sungai yang berada di lokasi penanaman kayu PT TPL ditimbun.
Padahal aliran anak sungai itu merupakan sumber air utama untuk
pertanian masyarakat. “PT TPL harus bertanggung jawab. Konsekuensinya
PT TPL harus tutup. Harga mati untuk TPL harus tutup. Kita akan membuka
posko tolak TPL,” tegas Johannes Sembiring didampingi pengurus Saling
dan pembinanya Rado Damanik