Banda Aceh - Tiga warga Aceh ditemukan tidak bernyawa dalam sedan Corolla Altis B 8742 GV di pinggir Jalan Pangeran Hidayat, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Senin (31/12) dini hari. Kematian mereka diduga akibat keracunan karbon monoksida (CO) dari AC mobil saat mereka tertidur dalam keadaan mesin mobil hidup.
Para korban terdiri atas Muntasir (41) dan putranya, Aulia Saputra (15), warga Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, serta Syafrida Musa (41), sopir sekaligus saudara mereka, warga Meunasah Pulo, Kecamatan Peudada, Bireuen.
Ketiga bersaudara itu ditemukan terbujur kaku di dalam sedan Corolla Altis yang baru dibeli Muntasir di Jakarta. Muntasir mempercayakan saudaranya, Syafrida Musa (laki-laki) sebagai sopir dengan tujuan Aceh Besar. Tapi takdir berkata lain, mereka justru mengembuskan napas terakhir dalam mobil itu saat menuju Aceh.
Informasi meninggalnya tiga warga Aceh di dalam Corolla Altis itu berawal dari kecurigaan warga sekitar lokasi yang melihat sedan itu berhenti lama dalam kondisi semua kacanya tertutup rapat.
Warga yang curiga, mengintip melalui kaca mobil. Terlihat tiga orang di dalamnya seperti sedang tidur. Tapi, setelah diamati lama, ketiganya sama sekali tak bergerak. Warga pun curiga dan melaporkan hal itu ke polisi.
Pintu mobil itu akhirnya dibuka paksa petugas dengan memecahkan salah satu kacanya. Ternyata, ketiga korban sudah kaku tak bernyawa.
Polresta Pekanbaru saat itu memperkirakan ketiga korban telah meninggal lebih dari 10 jam lalu. Penyebabnya, diduga akibat keracunan asap dari alat pendingin AC mobil yang mengandung karbon monoksida (CO).
Kemungkinan setiba di Pekanbaru, ketiganya lelah dan bermaksud istirahat sejenak dengan menutup rapat kaca mobil dan membiarkan AC mobil tetap hidup. Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh mereka.
Jenazah ketiga korban setelah divisum di RS Bhayangkara Pekanbaru, Selasa (1/1) pagi, langsung diberangkatkan ke Aceh naik ambulans rumah sakit itu dengan nomor polisi BM 7821 AN. Jenazah Muntasir dan putranya, Aulia, tiba di Tanjung Selamat, Aceh Besar, sekira pukul 17.30 WIB kemarin. Sedangkan jenazah Syafrida Musa duluan diturunkan di rumah duka di Meunasah Pulo, Kecamatan Peudada, Bireuen.
Kedatangan jenazah ayah dan anak itu disambut dengan isak tangis. Sanak saudara, puluhan warga, serta teman sekolah Aulia Saputra yang merupakan siswa kelas 2 MAN Model Banda Aceh, telah menunggu sejak siang. Halimah, istri almarhum Muntasir, terlihat syok dan tak mampu berkata apa-apa.
Informasi tentang perjalanan darat Muntasir dari Jakarta ke Aceh diperoleh Serambi dari Arief (12), anak kandung almarhum. Menurut Arief, ayahnya semula hanya pergi berobat jantung ke Jakarta ditemani Aulia dan Syafrida Musa.
Seusai berobat, saat hendak pulang, ayahnya tertarik membeli Corolla Altis di Jakarta. Nah, mobil itu disopiri Syafrida Musa yang ikut meregang nyawa dalam insiden itu.
Sepeninggal ayahnya, Arief teringat tanda-tanda bahwa sang ayah akan meninggalkan mereka sekeluarga. “Belakangan ayah terlihat sering termenung dan tak banyak bicara. Perubahan sikap lainnya, kalau sudah lewat pukul 07.00 WIB, ayah enggan berangkat ke sekolah. Padahal beliau Kepala SD Lamklat, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar,” ungkapnya.
Sebelumnya, kata Arief, lewat pukul 10.00 WIB pun ayahnya itu masih mau pergi ke sekolah. “Tapi beberapa hari lalu, kalau sudah lewat pukul 7 pagi, kopi bikinan mamak pun ayah tak mau lagi meminumnya. Sikap ayah tidak pernah begitu sebelumnya. Bahkan ayah juga meminta-minta maaf pada mamak,” kata Arief yang masih duduk di kelas 5 SD.
Arief juga menceritakan perubahan sikap abangnya, Aulia Saputra. Kepada teman-teman sekelasnya ia katakan tidak akan sekolah lagi dalam waktu lama.
Almarhum Muntasir dan Aulia Saputra dimakamkan di TPU Gampong Tanjung Selamat, Darussalam, Aceh Besar. Muntasir yang merupakan Kepala SD Laklat Darussalam, beristrikan Halimah, pegawai Dinas Sosial Aceh. Pasangan ini dianugerahi lima putra-putri, termasuk Aulia Saputra, anak kedua, yang menghadap Sang Khalik bersama ayahnya.
Para korban terdiri atas Muntasir (41) dan putranya, Aulia Saputra (15), warga Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar, serta Syafrida Musa (41), sopir sekaligus saudara mereka, warga Meunasah Pulo, Kecamatan Peudada, Bireuen.
Ketiga bersaudara itu ditemukan terbujur kaku di dalam sedan Corolla Altis yang baru dibeli Muntasir di Jakarta. Muntasir mempercayakan saudaranya, Syafrida Musa (laki-laki) sebagai sopir dengan tujuan Aceh Besar. Tapi takdir berkata lain, mereka justru mengembuskan napas terakhir dalam mobil itu saat menuju Aceh.
Informasi meninggalnya tiga warga Aceh di dalam Corolla Altis itu berawal dari kecurigaan warga sekitar lokasi yang melihat sedan itu berhenti lama dalam kondisi semua kacanya tertutup rapat.
Warga yang curiga, mengintip melalui kaca mobil. Terlihat tiga orang di dalamnya seperti sedang tidur. Tapi, setelah diamati lama, ketiganya sama sekali tak bergerak. Warga pun curiga dan melaporkan hal itu ke polisi.
Pintu mobil itu akhirnya dibuka paksa petugas dengan memecahkan salah satu kacanya. Ternyata, ketiga korban sudah kaku tak bernyawa.
Polresta Pekanbaru saat itu memperkirakan ketiga korban telah meninggal lebih dari 10 jam lalu. Penyebabnya, diduga akibat keracunan asap dari alat pendingin AC mobil yang mengandung karbon monoksida (CO).
Kemungkinan setiba di Pekanbaru, ketiganya lelah dan bermaksud istirahat sejenak dengan menutup rapat kaca mobil dan membiarkan AC mobil tetap hidup. Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh mereka.
Jenazah ketiga korban setelah divisum di RS Bhayangkara Pekanbaru, Selasa (1/1) pagi, langsung diberangkatkan ke Aceh naik ambulans rumah sakit itu dengan nomor polisi BM 7821 AN. Jenazah Muntasir dan putranya, Aulia, tiba di Tanjung Selamat, Aceh Besar, sekira pukul 17.30 WIB kemarin. Sedangkan jenazah Syafrida Musa duluan diturunkan di rumah duka di Meunasah Pulo, Kecamatan Peudada, Bireuen.
Kedatangan jenazah ayah dan anak itu disambut dengan isak tangis. Sanak saudara, puluhan warga, serta teman sekolah Aulia Saputra yang merupakan siswa kelas 2 MAN Model Banda Aceh, telah menunggu sejak siang. Halimah, istri almarhum Muntasir, terlihat syok dan tak mampu berkata apa-apa.
Informasi tentang perjalanan darat Muntasir dari Jakarta ke Aceh diperoleh Serambi dari Arief (12), anak kandung almarhum. Menurut Arief, ayahnya semula hanya pergi berobat jantung ke Jakarta ditemani Aulia dan Syafrida Musa.
Seusai berobat, saat hendak pulang, ayahnya tertarik membeli Corolla Altis di Jakarta. Nah, mobil itu disopiri Syafrida Musa yang ikut meregang nyawa dalam insiden itu.
Sepeninggal ayahnya, Arief teringat tanda-tanda bahwa sang ayah akan meninggalkan mereka sekeluarga. “Belakangan ayah terlihat sering termenung dan tak banyak bicara. Perubahan sikap lainnya, kalau sudah lewat pukul 07.00 WIB, ayah enggan berangkat ke sekolah. Padahal beliau Kepala SD Lamklat, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar,” ungkapnya.
Sebelumnya, kata Arief, lewat pukul 10.00 WIB pun ayahnya itu masih mau pergi ke sekolah. “Tapi beberapa hari lalu, kalau sudah lewat pukul 7 pagi, kopi bikinan mamak pun ayah tak mau lagi meminumnya. Sikap ayah tidak pernah begitu sebelumnya. Bahkan ayah juga meminta-minta maaf pada mamak,” kata Arief yang masih duduk di kelas 5 SD.
Arief juga menceritakan perubahan sikap abangnya, Aulia Saputra. Kepada teman-teman sekelasnya ia katakan tidak akan sekolah lagi dalam waktu lama.
Almarhum Muntasir dan Aulia Saputra dimakamkan di TPU Gampong Tanjung Selamat, Darussalam, Aceh Besar. Muntasir yang merupakan Kepala SD Laklat Darussalam, beristrikan Halimah, pegawai Dinas Sosial Aceh. Pasangan ini dianugerahi lima putra-putri, termasuk Aulia Saputra, anak kedua, yang menghadap Sang Khalik bersama ayahnya.