
Jakarta - Asisten Kapolri Bidang
Perencanaan (Arsena) Irjen Tito Karnavian mengatakan terdapat empat
tipologi masyarakat Papua. Setiap tipologi memiliki cara dan penanganan
tersendiri.
Mantan Kepala Kepolisian Daerah Papua ini mengatakan, tipikal yang pertama adalah masyarakat yang sudah mengenal gadget atau pun internet, seperti di Jayapura, Manokwari, Sorong, Nabire, Timika dan lainnya.
Selain itu ada masyarakat industri seperti Freeport di Timika, Bintuni dan lainnya, masyarakat industri yang karakternya berbeda. Kemudian ada masyarakat pertanian yang mayoritas di Papua
"Lalu terakhir ada masyarakat pra pertanian, ini tidak ada di Jawa, di Jakarta terutama. Masyarakat pra pertanian masih sangat tradisional sekali. Mereka masih memegang ulayat. Semua tipologi ini punya strategi dan penanganan tersendiri," kata Tito usai acara peluncuran karyanya bertajuk Bhayangkara di Bumi Cendrawasih yang digelar di gedung PTIK, Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (28/9/2014).
Lalu bagaimana strateginya? Menurut Tito, penanganangya harus beradaptasi dengan masyarakat. Seperti bintara perwira diberi pemahaman karaktestik budaya masyarakat setempat agar responsif.
"Dengan masyarakat pra pertanian, kita frekuensinya harus sama. Kita jangan terlalu bergaya intelektual kepada mereka yang membuat mereka menjadi bingung. Harus menggunakan bahasa, maksud saya bukan bahasa oral, menggunakan bahasa dan setting sesuai settingnya mereka," ujarnya.
Menurut Kepala Densus 88 Anti Teror Polri 2009 - 2011 ini, untuk tipologi masyarakat industri informatif, maka hukum nasional yang diterapkan.Tapi untuk masyarakat tradisional, harus dilihat mana yang terbaik apakah menggunakan hukum adat atau hukum nasional
Mantan Kepala Kepolisian Daerah Papua ini mengatakan, tipikal yang pertama adalah masyarakat yang sudah mengenal gadget atau pun internet, seperti di Jayapura, Manokwari, Sorong, Nabire, Timika dan lainnya.
Selain itu ada masyarakat industri seperti Freeport di Timika, Bintuni dan lainnya, masyarakat industri yang karakternya berbeda. Kemudian ada masyarakat pertanian yang mayoritas di Papua
"Lalu terakhir ada masyarakat pra pertanian, ini tidak ada di Jawa, di Jakarta terutama. Masyarakat pra pertanian masih sangat tradisional sekali. Mereka masih memegang ulayat. Semua tipologi ini punya strategi dan penanganan tersendiri," kata Tito usai acara peluncuran karyanya bertajuk Bhayangkara di Bumi Cendrawasih yang digelar di gedung PTIK, Jalan Tirtayasa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (28/9/2014).
Lalu bagaimana strateginya? Menurut Tito, penanganangya harus beradaptasi dengan masyarakat. Seperti bintara perwira diberi pemahaman karaktestik budaya masyarakat setempat agar responsif.
"Dengan masyarakat pra pertanian, kita frekuensinya harus sama. Kita jangan terlalu bergaya intelektual kepada mereka yang membuat mereka menjadi bingung. Harus menggunakan bahasa, maksud saya bukan bahasa oral, menggunakan bahasa dan setting sesuai settingnya mereka," ujarnya.
Menurut Kepala Densus 88 Anti Teror Polri 2009 - 2011 ini, untuk tipologi masyarakat industri informatif, maka hukum nasional yang diterapkan.Tapi untuk masyarakat tradisional, harus dilihat mana yang terbaik apakah menggunakan hukum adat atau hukum nasional