Menurut Jonan, pihaknya memanfaatkan jalur lama yang sudah ada, yaitu via Tangerang. Pembangunan itu, kata dia, dimungkinkan dilakukan setelah ditekennya Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 tentang Bandara Soekarno-Hatta dan Kereta Rel Listrik Jabodetabek.
Selanjutnya Stasiun Duri akan diperbesar untuk menampung lonjakan jumlah penumpang. "Karena akan jadi stasiun transit utama kereta bandara," katanya. Dalam pembangunan proyek tersebut, kata dia, pihaknya telah menyeleksi konsultan, disusul studi kelayakan selama enam bulan. Dan, dua tahun ke depan, jalur selatan sudah bisa beroperasi.
Pembangunan kereta bandara jalur selatan ini berbeda dengan pembangunan kereta bandara oleh pemerintah pusat. Seperti diberitakan, pada 10 November lalu, Kementerian Perhubungan meneken perjanjian kerja sama pembangunan kereta bandara dengan PT SMI.
Proyek tersebut akan membangun jalur baru dari Stasiun Manggarai melewati Tanjung Priok, bersisian dengan jalan tol menuju bandara. Namun, untuk proyek jalur utara, penyusunan dokumen lelang baru akan dilakukan tahun depan. Proses lelang digelar pada 2013. Kemudian pada 2014 baru dilakukan pembangunan fisik.
Jonan optimistis jalur selatan kereta bandara akan lebih dulu beroperasi ketimbang jalur utara. Dana investasi pembangunan jalur kereta bandara dan jalur lingkar Jabodetabek mencapai Rp 8 triliun. Pembiayaannya sendiri berasal dari 85 persen pinjaman dan 15 persen dari kas sendiri. "Rp 2,25 triliun dari kami," katanya.
Jonan mengatakan ditekennya Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2011 mempercepat target pencapaian PT KAI dalam mengangkut 1,5 juta penumpang Jabodetabek dalam sehari per 2018. "Perbaikan prasarana sekarang jadi wewenang kami, tak perlu menunggu APBN," katanya.